"Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, seperti Daud, bapa leluhurnya."
Kitab 1 Raja-Raja mencatat serangkaian kisah tentang raja-raja Israel dan Yehuda, memberikan gambaran mendalam tentang kepemimpinan, iman, dan konsekuensi dari tindakan mereka. Salah satu figur yang menonjol dalam catatan ini adalah Raja Asa dari Yehuda. Ayat 1 Raja-Raja 15:3 memberikan ringkasan penting tentang pemerintahannya, menyatakan dengan tegas bahwa "Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, seperti Daud, bapa leluhurnya." Pernyataan singkat ini memiliki bobot yang besar, karena membandingkan Asa dengan raja terbesar Israel, Daud, sebagai teladan dalam hal kesalehan dan ketaatan kepada Tuhan.
Untuk memahami signifikansi pernyataan ini, kita perlu melihat konteks sejarah dan spiritual pada masa itu. Setelah kematian Salomo, kerajaan Israel terpecah menjadi dua: Kerajaan Utara (Israel) dan Kerajaan Selatan (Yehuda). Kerajaan Utara sering kali jatuh ke dalam penyembahan berhala dan praktik-praktik yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, sementara Yehuda memiliki sedikit lebih banyak stabilitas dalam hal keturunan Daud yang memerintah, meskipun tidak selalu setia kepada Tuhan. Asa memerintah di Yehuda pada periode yang penuh tantangan, di mana pengaruh kejahatan dari kerajaan tetangga, serta godaan untuk mengikuti cara-cara duniawi, sangat kuat.
Namun, Asa memilih jalan yang berbeda. Perbandingan dengan Daud menunjukkan bahwa Asa berupaya meneladani kesetiaan Daud kepada TUHAN. Daud, meskipun memiliki kegagalannya sendiri, dikenal karena hatinya yang terpaut pada Tuhan, doanya yang tulus, dan pengakuannya atas kesalahan. Asa, oleh karena itu, digambarkan sebagai raja yang berusaha untuk memurnikan ibadah di Yehuda, menyingkirkan mezbah-mezbah dewa asing dan patung-patung berhala. Ia juga memulihkan ibadah yang benar kepada TUHAN di Bait Suci. Ini bukanlah tugas yang mudah, karena sering kali melibatkan penolakan terhadap tradisi yang sudah mengakar dan bahkan mungkin menimbulkan ketidakpuasan di antara sebagian rakyatnya.
Ketaatan Asa kepada Tuhan terbukti dalam tindakannya yang berani. Ketika dihadapkan pada ancaman militer dari Etiopia yang dipimpin oleh Zerakh, Asa tidak mengandalkan kekuatan militernya semata, melainkan berdoa kepada TUHAN. Ia berseru, "Ya TUHAN, pada-Mu saja kami dapat menolong terhadap perkasa dan melawan gerombolan. ... kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepada-Mu" (2 Tawarikh 14:11). Jawaban TUHAN datang dengan kemenangan yang luar biasa, yang menunjukkan bahwa kesetiaan Asa tidak sia-sia. Kemenangan ini menjadi bukti nyata bahwa ketika seorang pemimpin dan bangsanya mencari Tuhan, kekuatan ilahi akan bekerja untuk mereka.
Ayat 1 Raja-Raja 15:3 adalah sebuah kesaksian penting yang menetapkan standar bagi kepemimpinan yang saleh. Ia mengajarkan kita bahwa kemuliaan sejati seorang pemimpin tidak diukur dari kekayaan, kekuasaan, atau kemenangan militer semata, melainkan dari kesetiaan mereka kepada Tuhan dan upaya mereka untuk meneladani firman-Nya. Kisah Asa mengingatkan kita bahwa bahkan di tengah kesulitan dan godaan, selalu ada pilihan untuk melakukan apa yang benar di mata TUHAN, dan bahwa kesetiaan semacam itu akan mendatangkan berkat dan bimbingan ilahi.