Maka setelah lewat beberapa waktu, berfirmanlah TUHAN kepada Elia, pada tahun ketiga: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab; Aku akan menurunkan hujan ke atas muka bumi."
Ilustrasi: Perjalanan menuju pemulihan dan harapan di tengah kekeringan.
Ayat pembuka dari 1 Raja-Raja pasal 18 ini menandai titik balik yang krusial dalam narasi mengenai Nabi Elia dan masa kekeringan yang melanda Israel. Setelah tiga tahun berlalu sejak Tuhan memerintahkan Elia untuk pergi dan bersembunyi, dan setelah Elia secara berani menghadapi Raja Ahab untuk menyatakan bahwa tidak akan ada embun atau hujan kecuali atas perkataannya, tibalah saatnya janji itu digenapi. Perintah Tuhan yang baru kepada Elia, "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab; Aku akan menurunkan hujan ke atas muka bumi," membawa gelombang harapan di tengah keputusasaan.
Periode tiga tahun kekeringan bukanlah masa yang ringan. Tanah Israel, yang seharusnya subur berkat anugerah hujan dari langit, kini menjadi tandus dan gersang. Hewan-hewan mati kelaparan, tanaman layu tak berdaya, dan rakyat Israel hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Di tengah situasi ini, penyembahan kepada Baal, dewa kesuburan yang dipuja oleh Izebel, sang istri Ahab, semakin merajalela. Ini bukan sekadar krisis lingkungan, tetapi juga krisis spiritual yang mendalam. Bangsa Israel tampaknya telah melupakan Tuhan yang sejati, Sang Pencipta langit dan bumi, dan beralih kepada ilah-ilah buatan manusia yang tidak memiliki kuasa atas hujan atau kesuburan.
Perintah Tuhan kepada Elia untuk kembali menghadap Ahab menunjukkan kedaulatan dan waktu Tuhan yang sempurna. Elia, yang sebelumnya bersembunyi dan bahkan sempat putus asa, kini dipanggil untuk tampil ke depan. Ini adalah momen yang membutuhkan keberanian luar biasa. Menghadapi Ahab, seorang raja yang dikuasai oleh kesombongan dan pengaruh istrinya yang bengis, bukanlah tugas yang mudah. Namun, Elia tahu bahwa ia bertindak atas perintah Tuhan. Keberaniannya bukanlah berdasarkan kekuatannya sendiri, melainkan keyakinannya pada janji dan kuasa ilahi.
Pesan Tuhan yang sederhana namun penuh kuasa, "Aku akan menurunkan hujan ke atas muka bumi," adalah penegasan kembali akan kesetiaan-Nya dan kelemahan ilah-ilah lain. Ini adalah pengumuman bahwa kekeringan akan segera berakhir, bukan karena kebaikan ilah-ilah Baal, tetapi karena campur tangan langsung dari Tuhan yang Maha Kuasa. Tuhan tidak hanya akan mengakhiri penderitaan fisik bangsa Israel, tetapi juga akan mengembalikan mereka kepada penyembahan yang benar.
Naratif ini menggarisbawahi pentingnya ketaatan dan kepercayaan kepada Tuhan, bahkan dalam situasi yang tampaknya paling suram. Elia menjadi teladan bagaimana iman yang teguh dapat memimpin seseorang melalui badai kehancuran. Tiga tahun adalah waktu yang lama untuk menanggung penderitaan, tetapi Tuhan tidak melupakan umat-Nya. Ketika waktunya tepat, Dia akan bertindak, memulihkan, dan membawa pembaharuan. Perintah kepada Elia untuk kembali menunjukkan bahwa Tuhan ingin umat-Nya melihat keajaiban-Nya secara langsung, melalui utusan-Nya, untuk mengembalikan iman mereka. Ini adalah awal dari pertarungan iman yang epik di Gunung Karmel, di mana kebenaran Tuhan akan dinyatakan dengan jelas kepada seluruh Israel.