1 Raja-Raja 18:24: Ujian Iman di Gunung Karmel

"Baiklah kita memanggil nama Allah yang kita sembah. Maka orang dari pihakmu akan memanggil nama berhalanya, dan orang dari pihakku akan memanggil nama TUHAN, Allahmu. Allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!" Maka seluruh rakyat menyetujui usul itu.

Simbol Api yang turun dari Langit Representasi visual api ilahi yang turun dari langit sebagai respons terhadap doa. Api Ilahi

Kisah yang tertuang dalam 1 Raja-Raja 18:24 bukanlah sekadar narasi pertempuran spiritual. Ini adalah momen krusial di mana kebenaran dipertaruhkan melalui sebuah ujian yang sangat dramatis di Gunung Karmel. Pada masa itu, Israel sedang terpecah belah dan terjerumus dalam penyembahan berhala Baal, terutama di bawah pengaruh Raja Ahab dan istrinya, Izebel. Nabi Elia, sebagai hamba Tuhan yang setia, tampil sebagai penantang utama terhadap pengaruh kejahatan yang merajalela ini.

Situasi politik dan agama saat itu sangat mencekam. Umat Tuhan berada dalam kebingungan moral dan spiritual. Elia, dengan keberanian yang luar biasa, menantang empat ratus lima puluh nabi Baal untuk beradu "kemampuan" dengan dirinya. Tantangan ini bukan sekadar adu kekuatan fisik, melainkan adu daya dan pembuktian siapa yang benar-benar memegang kekuasaan ilahi. Elia mengusulkan sebuah ritual penyembahan yang akan menjadi penentu kebenaran.

Inti dari tantangan ini adalah ajakan untuk memanggil nama Tuhan atau nama berhala yang disembah. Elia berkata, "Allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!" Frasa ini menjadi penanda utama dari ujian tersebut. Ini adalah cara yang gamblang dan tak terbantahkan untuk membuktikan siapa yang memiliki kuasa sejati atas alam semesta. Umat Israel yang hadir menyaksikan seluruh peristiwa ini, dan mereka menyetujui usulan Elia, menunjukkan bahwa ada kerinduan di hati mereka akan kebenaran, meskipun mereka telah lama terbuai dalam penyembahan berhala.

Kisah ini mengajarkan kita pentingnya kejelasan dalam iman. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin dihadapkan pada berbagai pilihan dan godaan yang membingungkan. Terkadang, kita perlu sebuah "ujian" untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang datang dari Tuhan dan mana yang dari ilusi dunia. Ayat ini mengingatkan bahwa Tuhan yang sejati adalah Tuhan yang menjawab doa dan menunjukkan kuasa-Nya dengan cara yang nyata.

Elia, setelah menyiapkan altar dan korban persembahannya, bahkan menyiramnya dengan air hingga tiga kali, mempersiapkan panggung untuk intervensi ilahi. Sementara itu, para nabi Baal berteriak, melompat, bahkan melukai diri sendiri sepanjang hari, namun tidak ada jawaban dari ilahi mereka. Puncaknya terjadi ketika Elia berdoa, dan api turun dari langit, melahap korban persembahan, bahkan air dan debu di sekitarnya. Peristiwa ini menjadi bukti nyata bahwa TUHANlah Allah Israel, dan Baal hanyalah ilahi palsu. Ayat 1 Raja-Raja 18:24 dengan lugas menggambarkan kesepakatan untuk melakukan ujian ini, dan dampaknya adalah pengembalian umat Israel kepada penyembahan kepada Tuhan yang benar.