Maka berkatalah ia: "Mintalah, ibuku, aku tidak akan menolak permintaanmu."
Ayat 1 Raja-Raja 2:20 ini merupakan momen krusial dalam narasi Alkitab, di mana Adonia, putra Daud yang lain, menemui Batsyeba, ibunya Salomo. Dalam usahanya untuk merebut takhta setelah kematian Daud, Adonia melakukan sebuah strategi dengan meminta Batsyeba untuk menyampaikan permohonannya kepada Salomo, sang raja yang baru dinobatkan. Permintaan Adonia kali ini adalah untuk mendapatkan Abisag, gadis Sunem yang melayani Daud di hari tuanya, sebagai istrinya. Meskipun terdengar seperti permintaan yang relatif kecil, dalam konteks budaya dan politik pada masa itu, menikahi salah satu selir raja yang telah meninggal adalah sebuah klaim atas tahta, sebuah indikasi bahwa ia masih berhak atas kekuasaan.
Menariknya adalah bagaimana Adonia mendekati ibunya. Ia berkata, "Mintalah, ibuku, aku tidak akan menolak permintaanmu." Kalimat ini menunjukkan sebuah pengakuan akan otoritas Batsyeba di hadapan Salomo, sekaligus sebuah pengakuan atas posisi Salomo yang kini berkuasa. Adonia menggunakan pengaruh ibunya sebagai jembatan untuk mencapai tujuannya, berharap bahwa permintaan yang disampaikan melalui wanita yang paling dihormati oleh raja baru akan lebih mudah dikabulkan. Ini menyoroti pentingnya hubungan keluarga dan pengaruh di kalangan elit kerajaan.
Nasihat bijak yang dapat kita tarik dari kejadian ini, terutama dari interaksi antara Adonia dan Batsyeba, adalah tentang bagaimana kita menyampaikan permintaan dan bagaimana kita menghormati otoritas yang ada. Adonia, meskipun dengan motif yang kurang baik, setidaknya menunjukkan rasa hormat kepada ibunya. Sementara itu, Batsyeba, sebagai ibu raja, memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas kerajaan, meskipun ia juga harus berhati-hati dalam setiap langkahnya. Salomo, yang bijaksana, segera menyadari makna terselubung di balik permintaan Adonia ini. Ia melihat bahwa memberi Abisag kepada Adonia sama saja dengan memberikan setengah dari kerajaannya.
Ayat ini, bersama dengan konteksnya, mengajarkan kita tentang pentingnya kebijaksanaan dalam setiap keputusan. Menghormati orang tua dan keluarga adalah hal yang baik, namun bukan berarti kita boleh ditipu atau dimanfaatkan untuk tujuan yang salah. Ketaatan dan penghormatan terhadap otoritas yang sah, seperti yang ditunjukkan oleh Salomo, adalah kunci untuk menjaga keadilan dan ketertiban. Adonia pada akhirnya menerima konsekuensi dari ambisinya yang tidak terkendali. Pelajaran penting dari 1 Raja-Raja 2:20 adalah bahwa bahkan dalam permintaan yang tampaknya sederhana, tersimpan makna yang mendalam, dan bahwa kebijaksanaan adalah anugerah yang tak ternilai dalam menghadapi intrik dunia.
Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa hubungan antarmanusia, terutama dalam keluarga kerajaan, penuh dengan lapisan dan makna yang harus dipahami dengan cermat. Keinginan untuk berkuasa bisa membutakan, namun kebijaksanaan dan penegakan hukum yang benar adalah fondasi yang kokoh untuk sebuah pemerintahan yang adil dan berkelanjutan.
Untuk bacaan lebih lanjut, Anda bisa merujuk pada 1 Raja-Raja 2:18-25.