Lalu ia berkata: "Dengarlah firman TUHAN! Aku melihat TUHAN duduk di atas takhta-Nya, dan segenap penghuni sorga berdiri di sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya."
Ayat yang tercatat dalam 1 Raja-raja 22:19 ini merupakan bagian dari narasi tentang Raja Ahab dari Israel yang berencana untuk berperang melawan Aram di Ramot-Gilead. Sebelum berangkat, Ahab mengumpulkan para nabinya untuk meminta petunjuk ilahi. Ratusan nabi nubuatan menyarankan Ahab untuk maju berperang, menjanjikan kemenangan. Namun, Yehezkiel, salah satu dari mereka, terlihat tidak yakin. Ia kemudian memanggil nabi Mikha bin Yimla, yang dikenal karena seringkali menyampaikan pesan Tuhan yang berlawanan dengan apa yang ingin didengar raja.
Saat dipanggil, Mikha dengan tegas menyatakan bahwa ia melihat gambaran surgawi yang memperlihatkan kekuasaan dan kehendak Tuhan yang sesungguhnya. Penglihatan ini bukan hanya sekadar deskripsi visual, tetapi sebuah gambaran teologis yang mendalam tentang bagaimana Tuhan mengatur segala sesuatu, termasuk keputusan yang diambil di bumi. TUHAN digambarkan duduk di takhta-Nya, menunjukkan kedaulatan-Nya yang mutlak atas alam semesta. Para penghuni sorga, yang kemungkinan besar merujuk pada malaikat-malaikat atau roh-roh surgawi, berdiri di sekeliling-Nya, siap menerima perintah dan menjalankan kehendak-Nya.
Keberadaan para penghuni sorga di sisi kanan dan kiri Tuhan menandakan posisi mereka sebagai pelayan yang setia dan partisipan dalam rencana ilahi. Ini adalah gambaran yang kuat tentang tatanan surgawi yang terorganisir dan tunduk pada otoritas tertinggi Tuhan. Ayat ini menjadi kunci untuk memahami bagaimana para nabi sejati membedakan diri mereka dari para nabi palsu. Nabi palsu seringkali hanya menyampaikan pesan yang menyenangkan telinga para pemimpin duniawi, sementara nabi Tuhan, seperti Mikha, memiliki keberanian untuk menyampaikan kebenaran, bahkan jika itu tidak populer.
Penglihatan Mikha menekankan bahwa tidak ada keputusan penting yang terjadi tanpa sepengetahuan atau izin Tuhan. Bahkan pertempuran yang akan terjadi adalah bagian dari skema ilahi yang lebih besar. Ini mengajarkan kepada kita pentingnya mencari kehendak Tuhan dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam pengambilan keputusan yang krusial. Ayat ini juga mengingatkan bahwa Tuhan memiliki kendali penuh atas sejarah dan bahwa segala sesuatu pada akhirnya akan tunduk pada kedaulatan-Nya. Dengan melihat gambaran ini, pembaca dapat memahami betapa pentingnya memiliki perspektif surgawi dalam menghadapi tantangan duniawi.
Dalam konteks ini, penglihatan Mikha adalah sebuah peringatan dramatis bagi Ahab dan seluruh kerajaan Israel. Ia melihat bahwa meskipun para nabi lainnya menjanjikan kemenangan, ada lebih banyak yang terjadi di alam roh. Tuhan telah mengizinkan kebohongan untuk beredar melalui para nabi palsu, sebuah cara untuk menghakimi ketidaktaatan Ahab. Keberanian Mikha dalam menyampaikan visi ini, meskipun berisiko, menunjukkan integritasnya sebagai hamba Tuhan yang setia. Ayat ini menjadi bukti bahwa kebenaran ilahi seringkali terungkap melalui cara yang tidak terduga, dan bahwa Tuhan selalu bekerja di balik layar untuk menegakkan kehendak-Nya.