1 Raja-Raja 3:22

"Lalu datanglah perempuan yang melahirkan anak itu, dan ia sujud menyembah kepada raja, lalu berkata: 'Ya tuanku, berikanlah kepadaku anak yang hidup itu, dan janganlah membunuh dia.' Tetapi yang lain berkata: 'Janganlah ia menjadi milikku atau milikmu, melainkan bagi dialah yang menjadi milikku atau milikmu.'"

Kisah Kebijaksanaan yang Menggugah Hati

Hati

Kisah tentang keputusan Raja Salomo yang terkenal adalah salah satu momen paling menggugah dalam Kitab Suci. Dalam 1 Raja-Raja 3:22, kita disajikan dengan puncak dari sebuah persidangan yang menguji kebijaksanaan raja. Dua perempuan datang kepadanya, keduanya mengaku sebagai ibu dari seorang bayi. Ironisnya, salah satu bayi telah meninggal, dan masing-masing perempuan bersikeras bahwa bayi yang hidup adalah miliknya. Pengadilan duniawi mungkin akan kesulitan menemukan kebenaran mutlak dari pengakuan yang saling bertentangan ini. Namun, Raja Salomo, yang dianugerahi hikmat dari Tuhan, melihat lebih dari sekadar kata-kata. Dalam situasi yang mengerikan ini, Salomo mengambil tindakan yang tampaknya kejam namun sangat cerdas. Ia memerintahkan agar bayi yang hidup dibelah dua dan diberikan masing-masing separuh kepada kedua perempuan itu. Reaksi yang muncul dari kedua perempuan itu segera mengungkap kebenaran. Satu perempuan, yang memiliki hati seorang ibu sejati, tidak tahan melihat anaknya dibunuh. Ia merelakan haknya demi keselamatan bayinya, memohon agar bayi itu diberikan kepada perempuan lain agar tetap hidup. Sebaliknya, perempuan kedua menunjukkan hati yang dingin dan egois, setuju dengan pembagian itu, menunjukkan bahwa ia lebih peduli pada kepemilikannya daripada kehidupan anak itu. Keputusan Salomo di sini bukan sekadar trik pengadilan, melainkan sebuah demonstrasi mendalam tentang bagaimana membedakan kebenaran dengan menyingkap motif hati. Kebijaksanaan sejati tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang kemampuan untuk memahami kedalaman karakter dan perasaan manusia. Perempuan yang memohon agar bayinya tetap hidup, meskipun itu berarti ia tidak akan memiliki bayi itu lagi, menunjukkan kasih tanpa syarat dan pengorbanan yang merupakan ciri khas keibuan yang sejati. Ini adalah cinta yang mementingkan kesejahteraan orang yang dicintai di atas segalanya, bahkan di atas kepemilikan pribadi atau keinginan untuk menang. Kutipan ayat 1 Raja-Raja 3:22 ini menyoroti pentingnya hati nurani dan empati dalam setiap pengambilan keputusan. Salomo, dengan hikmat ilahinya, mampu melihat melalui kepalsuan dan menemukan kebenaran yang tersembunyi di dalam hati. Kisah ini mengajarkan kita bahwa kebenaran seringkali tidak hanya ditemukan dalam argumen logis, tetapi juga dalam respons emosional yang otentik dan cinta yang murni. Dalam dunia yang seringkali penuh dengan ketidakpastian, kebijaksanaan yang berasal dari pemahaman hati, seperti yang ditunjukkan oleh Salomo, adalah anugerah yang tak ternilai. Ini adalah pengingat bahwa pengorbanan dan kasih tanpa pamrih adalah tanda kekuatan dan kebenaran yang sesungguhnya, sebuah pelajaran yang relevan hingga kini.