1 Raja-Raja 3:24 - Kebijaksanaan Sejati yang Diberikan Tuhan

"Dan raja bertitah: 'Ambillah pedang.' Lalu hamba-hamba raja membawakan pedang itu. Titah raja: 'Belahlah anak yang hidup itu menjadi dua, berikanlah separuh kepada yang seorang dan separuh kepada yang lain.'"

Kisah pertemuan Raja Salomo dengan dua orang perempuan sundal yang berebut seorang bayi menjadi salah satu perikop paling ikonik dalam Alkitab. Ayat 1 Raja-Raja 3:24 menceritakan momen krusial ketika Salomo, yang baru saja naik takhta, dihadapkan pada sebuah kasus yang tampaknya mustahil dipecahkan. Ia ditantang untuk menentukan siapa ibu kandung dari seorang bayi yang hidup, di tengah klaim dari dua wanita yang masing-masing mengaku sebagai ibu dari bayi tersebut, sementara bayi yang satu lagi telah meninggal.

Dalam keputusasaan, kedua wanita tersebut datang kepada raja, mencari keadilan dan penyelesaian. Situasi ini menguji bukan hanya kecerdasan, tetapi juga kedalaman pemahaman dan kebijaksanaan Salomo. Ketika dia meminta pedang dan memerintahkan agar bayi yang hidup dibelah dua, tindakannya mungkin tampak kejam dan tidak masuk akal pada pandangan pertama. Namun, di balik keputusan yang mengejutkan itu terdapat strategi yang luar biasa.

Tujuan Salomo bukanlah untuk menyakiti bayi atau memberikan keadilan yang sewenang-wenang. Sebaliknya, ia menggunakan taktik psikologis yang cerdas untuk mengungkap kebenaran. Raja Salomo tahu bahwa ibu kandung yang sejati akan lebih mengutamakan keselamatan anaknya daripada hak kepemilikannya. Dalam kepanikannya, ibu yang asli akan bersedia melepaskan haknya demi menyelamatkan nyawa buah hatinya.

Dan benar saja, reaksi dari kedua wanita itu persis seperti yang diprediksi Salomo. Salah satu wanita, yang tidak tahan melihat anaknya menderita, segera berseru, "Oh tuanku, berikanlah bayi yang hidup itu kepadanya, jangan sekali-kali membunuhnya!" Sementara wanita yang lain berkata, "Janganlah jadi milikku atau milikmu; belahlah saja." Inilah titik krusial yang mengungkapkan siapa ibu sejati. Salomo dengan tegas menyatakan, "Berikanlah bayi yang hidup itu kepada wanita yang pertama, dan janganlah membunuhnya; dialah ibunya." (1 Raja-Raja 3:27).

Kisah ini bukan sekadar tentang sebuah keputusan pengadilan yang cerdas. Ini adalah ilustrasi yang kuat tentang bagaimana kebijaksanaan yang datang dari Tuhan bekerja. Sebelum momen ini, Alkitab mencatat bahwa Salomo telah meminta hikmat dari Tuhan (1 Raja-Raja 3:5-12), dan Tuhan berkenan memberikan kepadanya hati yang bijaksana dan pengertian yang luar biasa. Keputusan Salomo dalam kasus dua perempuan sundal itu menjadi bukti nyata dari anugerah ilahi yang dianugerahkan kepadanya.

Relevansi ayat ini melampaui konteks historisnya. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi yang rumit dan keputusan yang sulit. Kita mungkin tidak memiliki pedang literal di tangan kita, tetapi kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang membutuhkan kejujuran, integritas, dan kemampuan untuk melihat melampaui kepentingan diri sendiri demi kebaikan yang lebih besar. Pelajaran dari Salomo mengingatkan kita bahwa kebijaksanaan sejati tidak selalu tentang kecerdasan semata, tetapi tentang memiliki hati yang mengutamakan kasih, kebenaran, dan kehidupan.

Kisah ini juga menyoroti pentingnya mencari tuntunan ilahi. Ketika kita bingung atau ragu dalam mengambil keputusan, kita diundang untuk berdoa dan memohon hikmat dari Tuhan, sama seperti Salomo. Kehidupan yang bijaksana adalah kehidupan yang dijalani dengan pemahaman yang mendalam, kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah, dan keberanian untuk bertindak demi kebaikan, bahkan ketika itu sulit. Kebijaksanaan Salomo, yang berakar pada ketakutan akan Tuhan, terus menjadi teladan bagi setiap orang yang mencari cara untuk menavigasi kompleksitas kehidupan dengan integritas dan keadilan.