1 Raja-Raja 3:27

"Maka berkatalah raja kepada mereka: "Jikalau demikian, hendaklah kamu membagi anak yang hidup itu menjadi dua, dan berikanlah setengahnya kepada yang seorang dan setengahnya lagi kepada yang lain."

Ayat yang menarik dari kitab 1 Raja-Raja pasal 3, ayat 27 ini, memberikan kita sebuah jendela untuk melihat kebijaksanaan luar biasa yang dianugerahkan Tuhan kepada Raja Salomo. Kisah ini bukan sekadar narasi tentang keputusan yang adil, melainkan sebuah pelajaran mendalam tentang apa artinya memahami hati manusia dan membedakan kebenaran. Peristiwa ini terjadi di awal masa pemerintahan Salomo, saat ia memohon hikmat dari Tuhan di Gibeon. Tuhan berkenan dengan permohonan Salomo yang tidak meminta kekayaan atau umur panjang, melainkan hati yang mengerti untuk memerintah umat-Nya dengan adil.

Kemunculan hikmat ini segera teruji dalam sebuah kasus yang sangat pelik. Dua orang perempuan yang keduanya mengaku sebagai ibu dari seorang bayi yang sama datang menghadap Salomo. Masing-masing menceritakan kisah yang bertolak belakang, dan keduanya bersikeras bahwa bayi yang masih hidup adalah anak mereka. Situasi ini tampaknya mustahil untuk dipecahkan. Bagaimana mungkin Salomo bisa mengetahui kebenaran di antara dua pengakuan yang sama-sama kuat? Di sinilah keadilan yang sesungguhnya, yang dipandu oleh hikmat ilahi, mulai terlihat.

Salomo, dengan pemahamannya yang mendalam tentang sifat manusia, mengusulkan sebuah solusi yang mengejutkan. Ia memerintahkan agar bayi yang hidup itu dibagi dua, setengahnya diberikan kepada yang satu dan setengahnya lagi kepada yang lain. Proposal ini bukan berarti Salomo benar-benar berniat membelah bayi itu. Sebaliknya, ini adalah sebuah ujian. Tujuannya adalah untuk melihat reaksi asli dari kedua perempuan tersebut. Di balik perintah yang tampak kejam ini, tersembunyi sebuah strategi cerdas untuk mengungkap ibu kandung yang sejati.

Reaksi yang timbul sungguh mengungkapkan. Salah satu perempuan, yang jelas adalah ibu yang kehilangan bayinya, berseru dengan kepedihan yang mendalam, memohon agar bayinya diberikan kepada perempuan lain saja, asalkan bayi itu tetap hidup. Ia tidak sanggup melihat anaknya mati. Di sisi lain, perempuan yang kedua, yang sepertinya adalah penipu, justru menerima usulan Salomo, bahkan menganjurkan agar bayi itu dibagi saja. Dari sinilah Salomo dapat dengan pasti mengidentifikasi siapa ibu yang sebenarnya. Hati seorang ibu kandung tidak akan pernah tega melihat anaknya disakiti atau dibunuh, bahkan demi mengklaim haknya. Keibuan sejati terpancar dari rasa kasih dan perlindungan yang tak tergoyahkan.

Keputusan Salomo untuk memenangkan sang ibu kandung bukanlah sekadar kemenangan dalam pengadilan, melainkan kemenangan atas kebohongan dan pengkhianatan. Ia mengembalikan anak itu kepada ibunya yang sejati, dan dengan demikian, menegakkan keadilan yang berakar pada kasih. Kisah ini mengajarkan kita bahwa hikmat sejati tidak hanya melibatkan kecerdasan, tetapi juga kemampuan untuk melihat melampaui permukaan, memahami motivasi terdalam, dan bertindak dengan keadilan yang diwarnai belas kasih. Peristiwa 1 Raja-Raja 3:27 tetap relevan hingga kini, mengingatkan kita akan pentingnya kebijaksanaan dalam mengambil keputusan dan kekuatan cinta seorang ibu.