Memahami 1 Tawarikh 1:19 dalam Konteks Keturunan
Kitab 1 Tawarikh dibuka dengan sebuah daftar silsilah yang panjang, mulai dari Adam hingga raja-raja Israel. Bagian ini sering kali dilewati karena detailnya yang banyak dan terkesan kering. Namun, di balik daftar nama-nama tersebut, tersembunyi kisah-kisah penting dan peristiwa monumental dalam sejarah umat manusia, sebagaimana dicatat dalam Alkitab. Ayat 1 Tawarikh 1:19 menyoroti satu nama spesifik: Peleg, dan memberikan konteks yang menarik terkait namanya.
Ayat ini menyatakan, "Kepada Eber lahir seorang anak laki-laki, yang diberi nama Peleg, sebab pada zamannya bumi terbagi-bagi." Nama "Peleg" dalam bahasa Ibrani, P-L-G (פֶּלֶג), secara harfiah berarti "pembagian" atau "selokan". Pemilihan nama ini bukanlah suatu kebetulan. Sang ayah, Eber, yang merupakan keturunan dari Sem, cucu Nuh, memberikan nama ini kepada anaknya karena sebuah peristiwa besar yang terjadi di masa kepemimpinannya atau masa hidupnya. Peristiwa tersebut secara eksplisit disebutkan sebagai "bumi terbagi-bagi".
Peristiwa Pembagian Bumi
Interpretasi yang paling umum dari frasa "bumi terbagi-bagi" merujuk pada kisah menara Babel yang tercatat dalam Kitab Kejadian pasal 11. Setelah Air Bah, umat manusia kembali bertambah banyak. Mereka bersepakat untuk membangun sebuah kota dengan menara yang puncaknya mencapai langit, bukan untuk memuliakan Tuhan, melainkan untuk mencari nama bagi diri mereka sendiri dan mencegah mereka tersebar ke seluruh bumi. Tuhan melihat niat mereka dan memutuskan untuk mengacaukan bahasa mereka sehingga mereka tidak dapat lagi berkomunikasi satu sama lain. Akibatnya, pembangunan menara terhenti, dan manusia kemudian tersebar ke seluruh muka bumi, membentuk bangsa-bangsa dan bahasa yang berbeda.
Peleg, yang hidup pada periode pasca-Air Bah dan pra-pemisahan bahasa ini, menjadi saksi hidup atau setidaknya hidup di masa transisi ketika ketidaksepakatan bahasa dan perpindahan besar-besaran penduduk bumi terjadi. Nama yang diberikan kepadanya menjadi semacam penanda sejarah, sebuah pengingat abadi akan peristiwa yang membentuk geografi manusia dan keanekaragaman budaya serta bahasa di dunia.
Meskipun ayat ini singkat, ia memberikan jendela penting untuk memahami bagaimana kronologi sejarah ilahi terjalin dengan peristiwa-peristiwa transformatif. Silsilah yang terkesan sederhana ini sesungguhnya adalah peta yang menunjukkan kontinuitas dan perubahan dalam sejarah manusia di mata Sang Pencipta. Nama Peleg, dan peristiwa yang menyertainya, menegaskan bahwa Tuhan hadir dalam setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pembentukan tatanan dunia seperti yang kita kenal sekarang. Ayat ini mengingatkan kita akan kekuatan firman Tuhan dalam memberikan makna dan konteks pada perjalanan sejarah umat manusia.