Ayat 1 Tawarikh 11:40 bukan sekadar catatan sejarah biasa. Ayat ini mengungkapkan sebuah prinsip ilahi yang mendalam: Tuhan menghargai dan mengangkat orang-orang yang memiliki ketakutan akan Dia dan kesetiaan kepada-Nya. Dalam konteks sejarahnya, ayat ini berbicara tentang raja Daud yang baru saja dinobatkan sebagai raja atas seluruh Israel. Setelah Yerusalem ditaklukkan dan dijadikan ibukota, Daud membangun pasukannya. Namun, komposisi pasukannya bukanlah berdasarkan kekuatan semata, melainkan berdasarkan karakter.
Frasa "takut akan Dia" tidak berarti rasa takut yang melumpuhkan, melainkan rasa hormat yang mendalam, kesadaran akan kekudusan dan kekuasaan Tuhan, serta keinginan untuk tidak mengecewakan-Nya. Orang yang takut akan Tuhan selalu berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, menghindari dosa, dan tunduk pada otoritas-Nya. Ini adalah fondasi karakter yang kuat.
Ditambah lagi dengan frasa "setia kepada-Nya". Kesetiaan ini mencakup kesetiaan kepada Tuhan itu sendiri, kepada firman-Nya, dan kepada pemimpin yang telah diurapi Tuhan. Di tengah gejolak politik dan tantangan zaman itu, Daud menyadari bahwa kekuatan sejati sebuah kerajaan terletak pada orang-orang yang memiliki integritas dan loyalitas yang teguh. Kesetiaan ini teruji dalam berbagai situasi, baik dalam keberhasilan maupun kesulitan.
Pemilihan orang-orang seperti ini oleh Daud memberikan pelajaran berharga bagi setiap pemimpin, baik dalam konteks spiritual maupun duniawi. Kepemimpinan yang efektif dan berkelanjutan dibangun di atas pondasi orang-orang yang dapat dipercaya. Daud mencari bukan hanya prajurit yang tangguh, tetapi juga individu yang memiliki komitmen moral dan spiritual yang tinggi. Orang-orang yang takut akan Tuhan cenderung memiliki integritas, kejujuran, dan keadilan dalam tindakan mereka.
Orang yang setia, di sisi lain, adalah orang yang dapat diandalkan. Mereka tidak mudah goyah oleh godaan, tidak mudah berkhianat ketika dihadapkan pada tekanan, dan selalu berdiri di pihak kebenaran. Dalam membangun sebuah komunitas atau organisasi, memiliki individu-individu yang setia adalah aset yang tak ternilai. Mereka adalah pilar yang menopang, yang akan terus maju meskipun badai menerpa.
1 Tawarikh 11 sendiri merinci kisah-kisah kepahlawanan yang menunjukkan kesetiaan dan keberanian para panglima Daud. Mereka rela mempertaruhkan nyawa demi Daud dan demi bangsa Israel. Ayat 40 ini kemudian merangkum hasil dari kepemimpinan yang bijaksana: Daud berhasil mengumpulkan orang-orang terbaik, orang-orang yang memiliki karakter mulia, yang siap melayani dan berjuang bersama.
Penting untuk dicatat bahwa Tuhan sendirilah yang mengarahkan pilihan Daud. Ayat ini menunjukkan bahwa ketika seorang pemimpin mencari wajah Tuhan dan berusaha meneladani karakter-Nya, Tuhan akan memberkati kepemimpinannya dengan mendatangkan orang-orang yang tepat. Orang-orang yang takut akan Tuhan dan setia kepada-Nya akan menjadi sumber kekuatan, inspirasi, dan kesuksesan.
Prinsip ini tetap relevan hingga hari ini. Dalam kehidupan pribadi, keluarga, gereja, maupun tempat kerja, kita didorong untuk menjadi orang yang takut akan Tuhan dan setia. Ketika kita menunjukkan karakter seperti ini, kita tidak hanya menarik berkat bagi diri sendiri, tetapi juga menjadi bagian dari kelompok orang yang akan diangkat dan digunakan untuk tujuan yang lebih besar. Kita menjadi bagian dari "pasukan" Tuhan, orang-orang yang siap melayani dengan hati yang tulus dan kesetiaan yang tak tergoyahkan.
Oleh karena itu, mari kita renungkan ayat ini: 1 Tawarikh 11:40. Ini adalah janji sekaligus tantangan bagi kita untuk mengolah karakter kita, agar kita layak disebut sebagai orang yang takut akan Tuhan dan setia kepada-Nya, sehingga kita pun dapat diangkat untuk melakukan pekerjaan yang mulia.