"Balikkanlah kepada mereka balasan, ya TUHAN, sesuai dengan perbuatan tangan mereka."
Ayat Ratapan 3:64 seringkali disandingkan dengan kesedihan mendalam yang digambarkan dalam Kitab Ratapan. Namun, ketika kita melihatnya dalam konteks yang lebih luas, ayat ini justru memancarkan harapan dan keyakinan akan keadilan ilahi. Penulis kitab ini, Yeremia, tengah meratapi kehancuran Yerusalem dan penderitaan bangsanya. Dalam keputusasaan yang begitu pekat, di tengah tangisan dan ratapan, ia masih mampu mengangkat pandangannya kepada Tuhan, meminta intervensi-Nya.
Dalam situasi yang terasa tanpa harapan, di mana kejahatan seolah merajalela dan ketidakadilan tampak meresahkan, Ratapan 3:64 menjadi seruan yang kuat. Ini bukan sekadar ungkapan kemarahan, melainkan sebuah pengakuan bahwa Tuhan adalah Hakim yang adil. Penulis tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan menyerahkannya kepada tangan Tuhan yang Mahatahu dan Mahakuasa. Ia percaya bahwa pada akhirnya, keadilan akan ditegakkan, dan setiap perbuatan, baik yang baik maupun yang buruk, akan mendapat balasan setimpal.
Kekuatan dari ayat ini terletak pada penyerahan total kepada kehendak Tuhan. Di tengah penderitaan yang luar biasa, Yeremia memilih untuk tidak tenggelam dalam keputusasaan, tetapi untuk memegang erat imannya. Ia mengakui bahwa kekuatan manusia terbatas, tetapi kekuatan Tuhan adalah tak terbatas. Oleh karena itu, ia memohon agar Tuhan, dalam kedaulatan-Nya, memulihkan keadaan dan menegakkan kebenaran dengan cara-Nya sendiri. Permohonan ini mencerminkan keyakinan bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan berkuasa selamanya, dan bahwa pada akhirnya, kebenaran akan menang.
Memahami Ratapan 3:64 juga mengajarkan kita tentang pentingnya sabar dan percaya dalam menghadapi kesulitan hidup. Seringkali, kita ingin segera melihat keadilan ditegakkan, dan ketika itu tidak terjadi dengan cepat, kita bisa merasa kecewa. Namun, ayat ini mengingatkan kita bahwa waktu Tuhan seringkali berbeda dengan waktu kita. Ia melihat gambaran yang lebih besar, dan rencana-Nya sempurna. Dengan menyerahkan persoalan kita kepada-Nya, kita membebaskan diri dari beban kebencian dan keinginan untuk membalas dendam, dan mengizinkan Tuhan untuk bekerja sesuai dengan hikmat-Nya yang tak terduga.
Lebih dari sekadar permohonan untuk pembalasan, ayat ini juga dapat dilihat sebagai doa agar Tuhan mengintervensi untuk memulihkan dan memperbaiki keadaan. Dalam konteks kitab Ratapan, ini adalah seruan agar Yerusalem dipulihkan, dan umat Tuhan dibebaskan dari penindasan. Dalam kehidupan modern, kita juga bisa menggunakan ayat ini sebagai pengingat bahwa meskipun keadaan terlihat suram, Tuhan hadir dan mendengarkan doa-doa kita. Ia adalah sumber pengharapan kita, bahkan di tengah badai kehidupan yang paling hebat sekalipun. Keadilan-Nya adalah sumber kenyamanan, dan pemulihan-Nya adalah tujuan akhir yang layak diperjuangkan.