Kisah yang tercatat dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 14, khususnya ayat ke-13, menggambarkan sebuah momen yang seringkali dialami oleh umat pilihan Allah: sebuah periode ujian dan tantangan yang datang tepat setelah masa-masa keberhasilan dan kemajuan. Ayat ini berbunyi, "Dan orang Filistin maju sekali lagi dan menyebar di lembah Refaim." Peristiwa ini terjadi setelah Daud berhasil mengukuhkan kekuasaannya dan bahkan berhasil membawa Tabut Perjanjian ke Yerusalem, sebuah tindakan yang seharusnya membawa kegembiraan dan kedamaian.
Namun, seperti yang sering terjadi dalam perjalanan iman, kedamaian seringkali diselingi oleh badai. Munculnya kembali orang Filistin di lembah Refaim bukanlah sekadar peristiwa militer biasa. Ini adalah sebuah pengingat bahwa di dunia ini, kebaikan dan kebenaran seringkali harus berhadapan dengan kekuatan yang tampaknya lebih besar dan lebih mengancam. Lembah Refaim sendiri memiliki makna historis, seringkali menjadi tempat pertempuran penting. Kehadiran musuh di sana menandakan sebuah ancaman langsung terhadap keamanan dan stabilitas kerajaan yang baru saja dibangun oleh Daud.
Bagaimana reaksi Daud dan bangsa Israel terhadap ancaman ini? Ayat-ayat selanjutnya dalam 1 Tawarikh 14 memberikan gambaran yang sangat berharga. Alih-alih berputus asa atau mengandalkan kekuatan senjata semata, Daud mencari pimpinan Tuhan. Ia bertanya kepada Tuhan, "Haruskah aku maju melawan orang Filistin? Akan kauberikan mereka ke dalam tanganku?" Ini adalah respons yang patut ditiru: di hadapan kesulitan, yang pertama kali dilakukan adalah mendekatkan diri kepada sumber kekuatan sejati.
Tuhan kemudian memberikan instruksi yang jelas, dan melalui instruksi tersebut, terlihat sebuah prinsip penting: kemenangan bukan hanya tentang keberanian fisik, tetapi juga tentang kesetiaan dan ketaatan. Tuhan memerintahkan Daud untuk tidak menyerbu begitu saja, tetapi menunggu sampai ia mendengar "bunyi derap di puncak pohon-pohon balsem" (1 Tawarikh 14:14). Perintah ini mungkin terdengar aneh, tetapi ini menekankan perlunya bersabar dan mendengarkan suara Tuhan, bahkan ketika situasi mendesak. Tanda yang diberikan oleh Tuhan menjadi penanda waktu dan cara untuk bertindak.
Ketika tanda itu muncul, Daud menyerang dan memperoleh kemenangan yang gemilang. Kemenangan ini bukan hanya tentang mengalahkan musuh, tetapi lebih dari itu, ini adalah sebuah bukti yang memperkuat iman Daud dan bangsanya. Ini menunjukkan bahwa kehadiran dan bimbingan Tuhan adalah faktor penentu dalam setiap perjuangan. Bahkan ketika musuh "maju sekali lagi," Tuhan siap memberikan kemenangan kepada mereka yang berserah kepada-Nya.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa tantangan dan kesulitan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Musuh, baik yang bersifat fisik maupun spiritual, bisa datang kapan saja dan di mana saja. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita merespons. Apakah kita berseru kepada Tuhan? Apakah kita belajar untuk menanti pimpinan-Nya? 1 Tawarikh 14:13 mengingatkan kita bahwa ujian seringkali datang setelah kesuksesan, tetapi juga menunjukkan bahwa di dalam Tuhan, kita memiliki kekuatan untuk menghadapinya dan keluar sebagai pemenang. Ketaatan dan keyakinan kepada Allah adalah kunci menghadapi setiap kesulitan.