1 Tawarikh 14:16 - Serangan ke Gunung Efrahim

"Maka Daud menghalaulah ke atas Gunung Efrahim, dan ia memukul kalah orang Filistin itu, lalu ia berseru kepada TUHAN."
"TUHAN, serahkanlah musuh-musuh ke dalam tangan-Mu!"
Ilustrasi: Daud memimpin pertempuran di Gunung Efrahim

Ayat 1 Tawarikh 14:16 membawa kita ke momen krusial dalam pemerintahan Raja Daud, khususnya saat ia menghadapi dan mengalahkan musuh-musuhnya. Setelah naik tahta dan mengukuhkan kekuasaannya di Yerusalem, Daud terus menerus berhadapan dengan tantangan dari bangsa-bangsa tetangga, terutama kaum Filistin yang menjadi ancaman abadi bagi bangsa Israel. Kemenangan di Gunung Efrahim ini bukan sekadar kemenangan militer, melainkan sebuah demonstrasi nyata dari ketergantungan Daud kepada Tuhan dan cara Tuhan bekerja melalui umat-Nya.

Konteks di balik ayat ini adalah serangkaian perang dan pertempuran yang dialami Daud. Setelah berhasil merebut Yerusalem dan menjadikannya ibu kota, kaum Filistin tidak tinggal diam. Mereka berulang kali melancarkan serangan dengan tujuan untuk melemahkan dan menguasai kembali wilayah yang strategis ini. Daud, yang telah dipilih Tuhan dan diurapi untuk menjadi raja, tidak pernah mengandalkan kekuatan militernya semata. Sebaliknya, setiap kali menghadapi ancaman, ia selalu mencari pimpinan dan kekuatan dari sumber yang tertinggi, yaitu Tuhan Semesta Alam.

Frasa "Maka Daud menghalaulah ke atas Gunung Efrahim" menunjukkan inisiatif Daud untuk menghadapi musuh. Ia tidak menunggu serangan datang ke Yerusalem, melainkan ia bergerak maju. Ini mencerminkan keberanian dan kepemimpinan yang kuat. Namun, poin terpenting dalam ayat ini adalah kelanjutan tindakannya: "dan ia berseru kepada TUHAN." Ini adalah inti dari kepemimpinan Daud yang diberkati. Ia tahu bahwa kemenangan sejati datangnya dari Tuhan. Seruan kepada Tuhan ini bukan sekadar doa formalitas, melainkan ekspresi dari iman dan keyakinan penuh bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan dan strategi pertempuran.

Kemenangan di Gunung Efrahim kemudian diikuti dengan penghancuran berhala-berhala Filistin, yang menandakan penolakan terhadap penyembahan berhala dan pengakuan atas keunikan Tuhan Israel. Ini adalah aspek penting dalam teologi 1 Tawarikh, yang menekankan pentingnya kesetiaan kepada satu Tuhan dan akibat dari ketidaktaatan. Daud memahami bahwa keberhasilan pemerintahannya dan kesejahteraan bangsa Israel bergantung pada hubungan mereka dengan Tuhan. Oleh karena itu, ia selalu berusaha untuk memimpin bangsa itu dalam penyembahan dan ketaatan kepada Tuhan.

Ayat ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap perjuangan, baik itu dalam skala pribadi, keluarga, pekerjaan, maupun bangsa, sumber kekuatan sejati bukanlah pada kemampuan diri sendiri atau sumber daya duniawi semata. Kemenangan yang langgeng dan berarti selalu melibatkan penyerahan diri kepada Tuhan dan seruan memohon pertolongan-Nya. Daud mengajarkan kepada kita sebuah model kepemimpinan yang berakar pada iman, keberanian untuk bertindak, dan ketergantungan total kepada Tuhan. Pengalamannya di Gunung Efrahim adalah kesaksian bahwa ketika umat Tuhan berseru kepada-Nya dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya, Tuhan pasti akan campur tangan dan memberikan kemenangan.