"Ketika anak-anak Amon melihat, bahwa mereka telah mendatangkan diri kebencian kepada Daud, maka Hanun dan bani Amon menyuruh mengirim seribu dirham perak untuk menyewa kereta-kereta perang dan kuda-kuda dari Aram-Naharaim, dari Aram-Soba dan dari Maakha."
Ayat ini dari Kitab 1 Tawarikh memberikan kita sebuah gambaran yang menarik tentang dinamika hubungan antar bangsa pada masa Raja Daud. Peristiwa ini terjadi ketika para utusan Raja Daud dikirim untuk menyatakan belasungkawa atas kematian ayah Hanun, raja bani Amon. Namun, apa yang seharusnya menjadi gestur persahabatan justru berujung pada penghinaan yang mendalam. Para petinggi bani Amon, termasuk Hanun sendiri, menuduh para utusan Daud sebagai mata-mata. Dengan keji, mereka mempermalukan para utusan tersebut dengan mencukur sebagian janggut mereka dan merobek pakaian mereka hingga pinggang, lalu mengusir mereka kembali.
Tindakan yang dilakukan Hanun dan para bangsawan bani Amon ini jelas merupakan sebuah provokasi dan penghinaan yang tidak dapat diterima. Bagi bangsa-bangsa kuno, janggut memiliki makna kesucian dan kehormatan. Mencukur sebagian janggut adalah bentuk pelecehan yang sangat serius. Ketika berita penghinaan ini sampai kepada Raja Daud, kemarahan dan rasa keadilan mulai membara dalam hatinya. Namun, Daud, yang dikenal sebagai orang yang bijaksana dan mengandalkan Tuhan, tidak langsung bertindak gegabah. Ia memerintahkan para utusannya untuk tinggal di Yerikho sampai janggut mereka tumbuh kembali, menunjukkan bahwa ia tidak ingin tindakan balas dendamnya dipersepsikan sebagai kejahatan yang tidak beralasan.
Melihat reaksi Daud, bani Amon merasa cemas. Mereka sadar bahwa mereka telah membuat musuh yang tangguh. Dalam keputusasaan dan ketakutan mereka, mereka memutuskan untuk tidak menghadapi Daud sendirian. Di sinilah ayat 6 dari pasal 19 ini berbicara, "Ketika anak-anak Amon melihat, bahwa mereka telah mendatangkan diri kebencian kepada Daud, maka Hanun dan bani Amon menyuruh mengirim seribu dirham perak untuk menyewa kereta-kereta perang dan kuda-kuda dari Aram-Naharaim, dari Aram-Soba dan dari Maakha." Mereka berusaha mencari bantuan dari bangsa-bangsa asing yang kuat, yaitu bangsa Aram, dengan harapan dapat mengimbangi kekuatan militer Daud. Ini menunjukkan betapa besarnya rasa takut mereka dan betapa seriusnya konsekuensi dari tindakan bodoh mereka.
Kisah ini mengajarkan kita beberapa hal penting. Pertama, tentang konsekuensi dari kesombongan dan penghinaan. Tindakan Hanun yang didorong oleh nasihat para penasihatnya yang jahat justru membawa bani Amon pada jurang kehancuran. Kedua, tentang pentingnya hikmat dan kesabaran dalam menghadapi konflik. Daud tidak terpancing emosi, melainkan menunggu waktu yang tepat dan bertindak dengan pertimbangan. Ketiga, tentang bagaimana kejahatan seringkali mencari sekutu. Bani Amon yang menyadari kesalahan mereka, berusaha memperkuat diri dengan bantuan luar, sebuah strategi yang seringkali digunakan oleh pihak yang bersalah. Ayat ini menjadi pengingat bahwa tindakan yang meremehkan dan menghina dapat memicu respons yang kuat, dan bahwa mencari kekuatan dalam kejahatan akan membawa masalah yang lebih besar.
Simbol peringatan akan ketidakadilan.