Dan TUHAN berfirman kepada Ufuk: "Kembalilah, katakan kepada Daud: Beginilah firman TUHAN: Aku memberikan tiga perkara kepadamu; pilihlah salah satu dari padanya, supaya kulakukan itu kepadamu."
Ilustrasi: Sebuah persembahan yang diterima dengan baik oleh Tuhan, menandakan belas kasihan dan pilihan yang ditawarkan.
Ayat 1 Tawarikh 21:27 merupakan puncak dari sebuah kisah penuh drama dan konsekuensi. Setelah keputusan Daud yang gegabah untuk melakukan sensus militer Israel, yang dilihat Tuhan sebagai tindakan kesombongan dan ketidakpercayaan, murka Tuhan melanda umat-Nya. Malaikat maut diperintahkan untuk memusnahkan bangsa itu, tetapi Tuhan akhirnya mengasihani umat-Nya ketika malaikat itu akan menghancurkan Yerusalem.
Pada saat itulah, Tuhan berfirman kepada Ufuk, seorang nabi atau utusan, untuk menyampaikan pesan kepada Daud. Pesan ini bukan ancaman lanjutan, melainkan sebuah tawaran yang penuh dengan belas kasihan ilahi. Tuhan meminta Daud untuk memilih dari tiga hukuman yang akan Dia timpakan kepada bangsa itu: tiga tahun kelaparan, tiga bulan melarikan diri dari musuh, atau tiga hari penyakit sampar. Pilihan ini, meskipun semuanya merupakan bentuk hukuman, menunjukkan bahwa Tuhan masih memberi Daud kesempatan untuk memimpin bangsanya melalui salah satu cobaan ini, dan yang terpenting, memberi Daud kesempatan untuk memahami bahwa nasib umatnya sangat terkait dengan kepemimpinannya.
Respons Daud, seperti yang tercatat dalam ayat-ayat berikutnya (yang tidak disertakan dalam kutipan spesifik ini, tetapi penting untuk konteksnya), adalah sebuah pengakuan mendalam atas dosanya dan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Ia lebih memilih jatuh ke dalam tangan Tuhan daripada tangan manusia, karena belas kasihan Tuhan besar. Keputusan Daud ini akhirnya mengarah pada pemilihan penyakit sampar sebagai hukuman, yang meskipun mengerikan, diakhiri dengan cepat setelah Tuhan menunjukkan belas kasihan-Nya.
1 Tawarikh 21:27, meskipun merupakan satu ayat, membuka jendela pada karakter Allah yang kompleks. Di satu sisi, ada keadilan-Nya yang menuntut pertanggungjawaban atas dosa. Namun, di sisi lain, dan yang lebih dominan dalam narasi ini, ada belas kasihan-Nya yang tak terbatas. Ketika murka-Nya siap untuk membinasakan, kasih karunia-Nya hadir dengan tawaran pilihan dan kesempatan untuk penebusan.
Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa kepemimpinan yang baik sangat penting. Keputusan seorang pemimpin dapat berdampak besar pada seluruh masyarakat. Daud, meskipun seorang raja yang dipilih Tuhan, tidak luput dari kesalahan. Namun, yang membedakan Daud adalah kemampuannya untuk mengakui kesalahannya, bertobat, dan berserah kepada otoritas ilahi. Ayat ini mengingatkan kita akan kuasa doa dan seruan kepada Tuhan. Meskipun kedaulatan Tuhan tidak dapat diganggu gugat, doa orang yang benar memiliki kekuatan untuk memengaruhi tindakan-Nya, terutama ketika doa itu dipanjatkan dengan hati yang hancur dan tulus.
Lebih jauh lagi, kita melihat bagaimana Tuhan menggunakan Ufuk untuk menyampaikan pesan-Nya. Ini menegaskan kembali pentingnya para nabi dan utusan Tuhan dalam menyampaikan kehendak-Nya kepada umat-Nya. Pesan yang disampaikan adalah pesan pilihan, yang menyiratkan bahwa bahkan di tengah hukuman, Tuhan masih memberikan ruang bagi manusia untuk merespons dengan iman dan penyerahan diri. Ini adalah pengingat bahwa setiap situasi, betapapun sulitnya, selalu mengandung potensi untuk kemurahan Tuhan bagi mereka yang mencari-Nya.