1 Tawarikh 22:12 - Hikmat dan Kekuatan untuk Membangun

"Sekarang, anakku, baiklah TUHAN menyertai engkau, supaya engkau berhasil dan mendirikan rumah TUHAN, Allahmu, seperti yang telah difirmankan-Nya tentang engkau."

Simbol kebijaksanaan dan pembangunan

Ilustrasi: Simbol kebijaksanaan dan pembangunan

Ayat 1 Tawarikh 22:12 merupakan sebuah janji dan doa yang penuh makna, diucapkan oleh Raja Daud kepada putranya, Salomo. Kalimat ini bukan sekadar harapan biasa, melainkan sebuah pengakuan akan ketergantungan pada Tuhan dan penegasan akan tujuan mulia yang harus diemban oleh generasi penerus. Fokus utama dari ayat ini adalah pada pembangunan Bait Suci, sebuah proyek monumental yang diwariskan oleh Daud kepada Salomo.

Daud, meskipun memiliki keinginan kuat untuk membangun rumah bagi Tuhan, tidak diizinkan untuk melaksanakan tugas tersebut karena ia adalah seorang pejuang yang telah menumpahkan banyak darah. Namun, ia mempersiapkan segala sesuatu dengan luar biasa agar Salomo dapat melanjutkan warisan ini. Doa Daud, "baiklah TUHAN menyertai engkau," menunjukkan pemahaman mendalam bahwa keberhasilan sejati tidak datang dari kekuatan manusia semata, melainkan dari kehadiran dan tuntunan Ilahi.

Kata kunci dalam ayat ini adalah "hikmat" dan "kekuatan" yang tersirat dalam frasa "supaya engkau berhasil". Keberhasilan dalam konteks ini bukan hanya tentang menyelesaikan pembangunan fisik Bait Suci, tetapi juga tentang melaksanakannya sesuai dengan firman dan kehendak Tuhan. Membangun rumah Tuhan membutuhkan lebih dari sekadar sumber daya; ia membutuhkan kebijaksanaan untuk merancang, ketekunan untuk melaksanakan, dan kesetiaan untuk menjaga kemurnian tujuan.

Bagi umat percaya masa kini, 1 Tawarikh 22:12 menawarkan pelajaran yang relevan. Kita semua dipanggil untuk menjadi bagian dari "bait Roh Kudus" (1 Korintus 6:19) atau "bait Allah yang hidup" (2 Korintus 6:16). Tugas pembangunan ini mungkin tidak selalu berbentuk fisik, tetapi bisa berupa pembangunan karakter rohani, pembentukan komunitas yang sehat, atau penyebaran nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah masyarakat. Sama seperti Salomo, kita membutuhkan penyertaan Tuhan, hikmat dari atas, dan kekuatan yang dianugerahkan-Nya untuk dapat menjalankan panggilan kita.

Keberhasilan yang dimaksud dalam ayat ini adalah keberhasilan yang memiliki fondasi kekal. Ia tidak diukur dari pencapaian duniawi semata, tetapi dari ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan. Ketika kita mencari hikmat Tuhan dalam setiap keputusan dan mengandalkan kekuatan-Nya dalam setiap tantangan, kita sedang membangun sesuatu yang berharga di hadapan-Nya. Doa Daud agar Tuhan menyertai Salomo adalah pengingat bahwa tugas-tugas terbesar dalam hidup ini selalu membutuhkan campur tangan Ilahi.

Marilah kita renungkan bagaimana kita bisa menerapkan prinsip 1 Tawarikh 22:12 dalam kehidupan kita. Apakah kita secara aktif memohon hikmat Tuhan dalam pekerjaan, keluarga, dan pelayanan kita? Apakah kita bersandar pada kekuatan-Nya, terutama ketika kita merasa lemah? Dengan memohon penyertaan Tuhan, kita dapat yakin bahwa pekerjaan yang kita lakukan, sekecil apapun itu, akan memiliki dampak yang abadi dan memuliakan nama-Nya. Keberhasilan sejati adalah ketika hidup kita menjadi persembahan yang berkenan kepada Tuhan, dibangun di atas fondasi kebenaran dan kasih-Nya.