Kitab 1 Tawarikh pasal 27 dan 28 menyajikan dua aspek krusial dari kepemimpinan Raja Daud menjelang akhir pemerintahannya: pembagian tugas dan organisasi bangsa, serta perencanaan dan persiapan yang matang untuk pembangunan Bait Allah. Kedua pasal ini memberikan gambaran yang kaya mengenai perhatian Daud terhadap detail, keadilan, dan imannya kepada Tuhan dalam mengelola kerajaan serta mempersiapkan warisan spiritual bagi bangsanya.
Organisasi Bangsa dan Keamanan
Pasal 27 menggarisbawahi keahlian Daud dalam menata bangsanya. Ia membagi seluruh penduduk Israel menjadi dua belas golongan, yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala. Pembagian ini tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga mencakup aspek militer dan pemeliharaan sumber daya. Setiap bulan, satu golongan bertugas melayani raja dan kerajaannya, memastikan kelancaran administrasi, keamanan perbatasan, dan pengelolaan kekayaan negara. Sistem giliran ini menunjukkan efisiensi dan pemerataan tanggung jawab di antara suku-suku. Terdapat juga penjelasan mengenai para pejabat penting yang mengurus harta, ladang, kebun anggur, gudang anggur, minyak, ternak, dan berbagai aset kerajaan lainnya. Pembagian yang detail ini menggambarkan kehati-hatian Daud dalam memastikan setiap aspek kehidupan bangsa terorganisir dengan baik, sebuah fondasi penting bagi stabilitas kerajaan.
Visi Pembangunan Bait Allah
Memasuki pasal 28, fokus beralih ke visi yang lebih besar: pembangunan Bait Suci bagi Tuhan. Daud, yang telah lama berkeinginan untuk mendirikan tempat tinggal yang layak bagi Tabut Perjanjian Allah, harus menunda rencananya karena tangannya telah berlumuran darah dalam peperangan. Namun, dalam pasal ini, Daud memanggil para pemimpin Israel, para tua-tua, para kepala suku, para pejabat, dan semua orang penting lainnya untuk berkumpul di Yerusalem. Momen ini adalah kesempatan untuk menyampaikan warisan spiritualnya.
Perencanaan Terperinci dan Instruksi Ilahi
Daud tidak hanya menyampaikan keinginannya, tetapi juga telah mempersiapkan segala sesuatu yang ia mampu untuk pembangunan Bait Allah. Ia memberikan sejumlah besar emas dan perak, serta berbagai bahan berharga lainnya, untuk proyek monumental ini. Lebih penting lagi, Daud memaparkan rancangan detail yang ia terima dari Tuhan mengenai tata letak, arsitektur, dan semua perlengkapan yang diperlukan untuk Bait Allah. Ia menegaskan bahwa semua ini bukan dari idenya sendiri, melainkan dari petunjuk ilahi yang ia terima.
Pasal 28 juga menyoroti peran Salomo, putra Daud, yang ditunjuk sebagai penerusnya untuk membangun Bait Allah. Daud memberikan nasihat yang mendalam kepada Salomo, menekankan pentingnya kesetiaan kepada Tuhan, memelihara perintah-perintah-Nya, dan mencari hikmat dari-Nya. Ia mengingatkan Salomo akan janji Tuhan bahwa jika ia taat, kerajaan Israel akan kokoh untuk selamanya. Dorongan Daud kepada Salomo adalah untuk bertindak dengan berani dan tabah, menyadari bahwa Tuhan yang akan menyertai dan menolongnya.
Secara keseluruhan, 1 Tawarikh 27 dan 28 mengajarkan kita tentang pentingnya tata kelola yang baik, organisasi yang efisien, serta perencanaan yang berlandaskan iman dan petunjuk ilahi. Kisah ini menginspirasi kita untuk tidak hanya memikirkan urusan duniawi, tetapi juga memberikan perhatian yang serius pada hal-hal rohani dan mempersiapkan warisan yang kekal, baik bagi diri sendiri maupun bagi generasi mendatang.