"Dari suku Yehuda, Elisua bin Zikri, dan bersama dia dua puluh dua ribu orang."
Kitab 1 Tawarikh menyajikan catatan sejarah yang mendalam mengenai umat Allah, fokus pada silsilah, ibadah, dan pemerintahan. Salah satu bagian yang menarik adalah pasal 27, yang merinci organisasi militer dan administrasi di bawah pemerintahan Raja Daud. Ayat 3 dari pasal ini, "Dari suku Yehuda, Elisua bin Zikri, dan bersama dia dua puluh dua ribu orang," memberikan gambaran spesifik tentang bagaimana struktur kekuasaan dan pelayanan disusun.
Dalam konteks ini, penunjukan para pemimpin dan jumlah orang yang mereka pimpin menunjukkan sebuah sistem yang terorganisir dengan baik. Suku Yehuda, sebagai suku yang paling menonjol dan dari mana garis keturunan kerajaan berasal, tentu memegang peran sentral. Elisua, sebagai pemimpin dari suku ini, ditugaskan untuk mengoordinasikan sejumlah besar orang, yang mengindikasikan tanggung jawab yang signifikan. Angka dua puluh dua ribu orang bukanlah angka yang kecil; ini menunjukkan skala operasi yang besar, kemungkinan mencakup tugas-tugas militer, penjagaan, atau bahkan tugas-tugas sipil yang penting bagi stabilitas kerajaan.
Namun, di balik angka dan nama, tersirat sebuah prinsip yang sangat penting: pelayanan yang jujur dan adil. Ketika Daud menata kerajaannya, ia berupaya membangun sistem yang tidak hanya kuat secara militer tetapi juga tertata secara administratif dan spiritual. Para pemimpin seperti Elisua diharapkan untuk menjalankan tugas mereka dengan integritas. Pelayanan yang jujur berarti bertindak tanpa manipulasi, penipuan, atau penyalahgunaan kekuasaan. Keadilan berarti memastikan bahwa semua orang diperlakukan dengan adil, tanpa pilih kasih, dan bahwa sumber daya dikelola dengan bijaksana untuk kebaikan seluruh umat.
Penting untuk dicatat bahwa penomoran dan pengorganisasian ini bukan sekadar detail statistik. Ini adalah cerminan dari keinginan Daud untuk membangun sebuah pemerintahan yang mencerminkan kehendak Allah. Dalam menata kerajaannya, Daud, meskipun seorang raja, harus tunduk pada prinsip-prinsip kebenaran dan kesetiaan yang diajarkan dalam Taurat. Setiap pemimpin yang ditunjuk, termasuk Elisua, memiliki kewajiban untuk melayani dengan setia dan tanpa cela.
Dalam kehidupan modern, prinsip-prinsip yang terkandung dalam 1 Tawarikh 27:3 tetap relevan. Entah kita berada dalam peran kepemimpinan di gereja, di tempat kerja, di keluarga, atau dalam masyarakat, panggilan untuk melayani dengan jujur dan adil tetap ada. Angka dua puluh dua ribu orang mungkin mewakili daftar panjang tugas atau tanggung jawab yang harus kita kelola, tetapi inti dari pelayanan itu sendiri adalah integritas. Kita dipanggil untuk menjadi pengelola yang dapat dipercaya, yang bekerja demi kebaikan orang lain, bukan hanya demi keuntungan pribadi.
Sebagai umat yang dipanggil untuk hidup sesuai dengan ajaran firman Tuhan, kita diingatkan bahwa setiap peran, sekecil apapun, adalah kesempatan untuk menunjukkan karakter Kristus. Pelayanan yang jujur dan adil tidak hanya membangun reputasi yang baik, tetapi yang lebih penting, itu memuliakan Allah. Melalui Elisua dan dua puluh dua ribu orangnya, kita melihat gambaran sekilas tentang bagaimana sebuah kerajaan dapat berfungsi ketika kepemimpinan didasarkan pada prinsip-prinsip ilahi. Mari kita aplikasikan pelajaran ini dalam setiap aspek kehidupan kita, memastikan bahwa pelayanan kita selalu mencerminkan kebenaran dan keadilan yang sejati.