"Sesungguhnya, TUHAN telah memilih aku dari seluruh kaum bapaku untuk menjadi raja atas seluruh Israel sepanjang masa. Ia telah memilih anak-anakku, dan dari anak-anakku Ia memilih Salomo untuk duduk di atas tahta kerajaan TUHAN atas Israel."
Simbolisasi pemilihan raja dan pewaris tahta.
Ayat 1 Tawarikh 28:5 merupakan pengakuan Daud yang mendalam mengenai kedaulatan dan campur tangan ilahi dalam pemilihan pemimpin umat. Kata-kata ini diucapkan Daud di hadapan para tua-tua Israel, para pemimpin suku, para perwira, dan semua pembesar, sebuah forum penting yang mencerminkan beratnya pesan yang disampaikan. Daud, seorang raja yang telah melalui banyak peperangan dan suka duka, menyadari bahwa kekuasaannya bukanlah hasil dari kekuatan pribadi atau ambisi semata, melainkan sebuah anugerah pilihan dari Tuhan.
Penekanan pada frasa "dari seluruh kaum bapaku" menunjukkan bahwa Tuhan tidak hanya memilih satu individu, tetapi juga menyoroti pilihan dari garis keturunan yang spesifik. Ini bukan sekadar pemilihan kebetulan, melainkan sebuah rencana ilahi yang telah ditetapkan. Dalam konteks sejarah Israel, pemilihan seorang raja memiliki implikasi teologis yang sangat besar. Raja bukan hanya pemimpin politik, tetapi juga wakil Tuhan di bumi, yang bertanggung jawab untuk memimpin umat sesuai dengan hukum dan kehendak-Nya.
Lebih lanjut, Daud menegaskan bahwa Tuhan telah memilih anak-anaknya, dan dari antara mereka, Tuhan secara spesifik memilih Salomo. Ini adalah momen penting dalam transisi kepemimpinan Israel. Daud tidak memaksakan kehendaknya atau memilih penerusnya berdasarkan preferensi pribadi atau kehebatan militer semata. Sebaliknya, ia mengakui bahwa pemilihan Salomo juga merupakan pekerjaan Tuhan. Pilihan ini menunjukkan bahwa Tuhan memiliki visi dan rencana jangka panjang bagi Israel, bahkan setelah era Daud berakhir. Salomo kelak akan dikenal sebagai raja yang bijaksana dan akan membangun Bait Suci yang agung, sebuah proyek yang Daud sangat rindukan tetapi tidak diperkenankan Tuhan untuk melaksanakannya.
Ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya pengakuan terhadap kedaulatan Tuhan dalam segala aspek kehidupan, termasuk kepemimpinan dan pewarisan. Dalam setiap pemilihan, baik itu di ranah pribadi, keluarga, gereja, maupun bangsa, kita diingatkan bahwa keputusan akhir ada pada Tuhan. Pengakuan ini mendorong kerendahan hati dan kepatuhan, bukan keputusasaan. Ini adalah dasar dari iman bahwa Tuhan bekerja melalui pilihan-Nya untuk mencapai tujuan-Nya yang mulia. Pemilihan Salomo untuk duduk di "tahta kerajaan TUHAN atas Israel" menegaskan kembali bahwa kekuasaan di bumi selalu berada di bawah otoritas ilahi.
Sebagai penutup, 1 Tawarikh 28:5 adalah pengingat bahwa setiap posisi kehormatan dan tanggung jawab yang kita emban seringkali merupakan buah dari campur tangan Tuhan. Memahami hal ini membantu kita menjalankan peran kita dengan integritas, kebijaksanaan, dan kesadaran akan mandat ilahi, seperti yang Daud contohkan melalui pengakuan tulusnya ini.