1 Tawarikh 29:26

"Dan Daud, anak Isai, menjadi raja atas seluruh orang Israel."

Simbol Mahkota Raja Daud

Kekayaan Daud dan Kearifan dari Sumber Ilahi

Ayat 1 Tawarikh 29:26 merupakan penutup yang mengagumkan dari pasal yang kaya akan kisah persiapan pembangunan Bait Suci oleh Raja Daud. Ayat ini menegaskan sebuah fakta sejarah dan teologis yang fundamental: kepemimpinan Daud atas seluruh bangsa Israel. Namun, untuk memahami kedalaman makna di balik pengukuhan singkat ini, kita perlu menyelami konteks di sekitarnya, terutama ayat-ayat sebelumnya yang berbicara tentang persembahan Daud dan Israel untuk pembangunan Bait Suci.

Pasal 29 dari Kitab 1 Tawarikh menggambarkan sebuah momen luar biasa dalam sejarah Israel. Raja Daud, yang telah mencapai puncak kekuasaannya dan kini menyadari bahwa akhir hayatnya semakin dekat, mengumpulkan seluruh bangsanya untuk mempersiapkan pembangunan rumah bagi TUHAN. Dalam pidatonya yang penuh semangat dan kebijaksanaan, Daud tidak hanya memuji kebesaran dan kekuasaan Allah, tetapi juga menunjukkan kerendahan hati yang mendalam. Ia mengakui bahwa semua kekayaan yang telah dikumpulkan, baik oleh dirinya maupun oleh rakyat, berasal dari tangan Allah.

"TUHAN, Allah nenek moyang kami, kiranya Engkau mempermuliakan lagi untuk selama-lamanya nama-Mu yang kudus, dan Engkau akan dipermuliakan. Engkau yang berkuasa atas segala kerajaan, di tangan-Mulah kekuatan dan keperkasaan, di tangan-Mulah kuasa untuk membesarkan dan menguatkan segala sesuatu." (1 Tawarikh 29:11-12).

Pernyataan ini bukan sekadar retorika kosong. Daud sendiri telah menyumbangkan emas dan perak dalam jumlah yang sangat besar dari hartanya pribadi untuk pembangunan Bait Suci. Hal yang sama dilakukan oleh para pemimpin suku dan rakyat Israel. Mereka memberikan persembahan sukarela yang melimpah, sebuah demonstrasi iman dan ketaatan yang luar biasa. Momen ini menjadi bukti nyata bahwa kekayaan Daud, yang seringkali diasosiasikan dengan kemuliaan dan kejayaannya sebagai raja, sejatinya adalah anugerah ilahi yang dikelola dengan bertanggung jawab.

Ayat 1 Tawarikh 29:26, yang menutup pasal tersebut, berfungsi sebagai pengingat akan otoritas Daud yang telah ditetapkan oleh Allah. Ia bukanlah raja yang meraih kekuasaan dengan kekuatan sendiri, melainkan yang diangkat dan dikukuhkan oleh tangan Tuhan. Penegasan ini memberikan legitimasi ilahi pada pemerintahannya, yang mencakup seluruh dua belas suku Israel. Ini adalah masa ketika kerajaan terpecah belah belum terjadi, dan Israel hidup sebagai satu kesatuan di bawah kepemimpinan yang diakui.

Lebih dari sekadar catatan sejarah, 1 Tawarikh 29:26 mengajarkan kita tentang sumber sejati dari segala kesuksesan dan kemakmuran. Kekayaan Daud dan kejayaannya sebagai raja bukanlah puncak dari segalanya, melainkan manifestasi dari hubungan yang benar dengan Allah. Ayat ini mendorong kita untuk melihat setiap berkat dan keberhasilan dalam hidup kita bukan sebagai hasil usaha semata, melainkan sebagai anugerah dari Yang Maha Kuasa. Pengakuan ini akan menumbuhkan rasa syukur, kerendahan hati, dan keinginan untuk mempersembahkan kembali apa yang telah dianugerahkan untuk kemuliaan-Nya.

Kearifan rohani yang terpancar dari Daud dalam pasal ini adalah bahwa kekayaan materi seharusnya tidak menjadi tujuan akhir, melainkan alat untuk melayani Tuhan dan membangun umat-Nya. Semangat pengorbanan dan dedikasi yang ia tunjukkan dalam mempersiapkan pembangunan Bait Suci adalah teladan yang relevan hingga kini. Ayat penutup, "Dan Daud, anak Isai, menjadi raja atas seluruh orang Israel," menjadi kesaksian abadi tentang seorang pemimpin yang, meskipun kaya raya dan berkuasa, senantiasa mengakui sumber segala karunia dan menempatkan kehendak Allah di atas segalanya.