"Ia mati pada usia lanjut, dan setelah ia hidup penuh dengan kekayaan dan kemuliaan dari Allah, maka Salomo, anaknya, menjadi raja menggantikannya."
Kisah kepemimpinan Raja Daud dalam Alkitab, khususnya tercatat dalam Kitab Tawarikh, menyajikan gambaran yang kaya tentang seorang pemimpin yang melayani dengan segenap hati. Ayat 1 Tawarikh 29:28 menutup narasi panjang mengenai kehidupan dan pemerintahan Daud, memberikan ringkasan yang padat namun bermakna. Ayat ini tidak hanya mencatat akhir hayat seorang raja besar, tetapi juga menyoroti hasil dari sebuah perjalanan iman, pengabdian, dan kepemimpinan yang dipandu oleh Tuhan.
Kehidupan Daud adalah cerminan perjuangan, kemenangan, dan pencarian akan kehendak Allah. Ia dikenal sebagai pemazmur ulung, seorang pejuang tangguh, dan seorang raja yang berupaya keras mendirikan Kerajaan Israel sesuai dengan tatanan Ilahi. Ayat ini menegaskan bahwa Daud "hidup penuh dengan kekayaan dan kemuliaan dari Allah". Ini bukanlah sekadar kekayaan materi atau kemasyhuran duniawi semata, melainkan sebuah berkat yang melimpah sebagai hasil dari kesetiaan dan pengabdiannya kepada Tuhan. Kekayaan dan kemuliaan yang dimaksud adalah tanda perkenanan dan penyertaan Allah dalam hidup dan pemerintahannya.
Poin penting lainnya yang tersirat dalam ayat ini adalah transisi kepemimpinan yang lancar kepada putranya, Salomo. Ini menunjukkan perencanaan yang matang dan pewaris yang telah dipersiapkan. Daud, di usia senjanya, telah memastikan bahwa estafet kepemimpinan akan diteruskan oleh seseorang yang dianggap layak dan telah diurapi oleh Tuhan. Penunjukan Salomo sebagai pengganti raja menunjukkan bahwa kepemimpinan Israel dalam garis keturunan Daud akan terus berlanjut, membawa berkat dan stabilitas bagi bangsa itu. Ini juga menyoroti pentingnya persiapan generasi penerus, sebuah prinsip yang relevan hingga kini.
Perikop 1 Tawarikh 29 secara keseluruhan menggambarkan Daud mempersiapkan persembahan yang sangat besar untuk pembangunan Bait Suci. Kedermawanan dan komitmennya dalam menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk rumah Tuhan menunjukkan prioritasnya yang mendalam akan ibadah dan kemuliaan Allah. "Kekayaan dan kemuliaan" yang ia miliki tidak ia simpan untuk diri sendiri, melainkan ia dedikasikan sebagian besar untuk tujuan yang lebih mulia. Semangat pengabdian inilah yang kemudian diwariskan kepada Salomo.
Bagi kita, ayat 1 Tawarikh 29:28 menjadi pengingat akan berkat-berkat yang bisa kita alami ketika kita hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan. Ia menjanjikan tidak hanya berkat di masa kini, tetapi juga warisan yang baik untuk generasi mendatang. Memimpin dengan integritas, mengelola sumber daya yang dipercayakan dengan bijak, dan mendahulukan hal-hal rohani adalah kunci untuk hidup yang penuh "kekayaan dan kemuliaan dari Allah". Perjalanan hidup Raja Daud mengajarkan bahwa kepemimpinan yang sejati berakar pada iman, kerendahan hati, dan pengabdian yang tak tergoyahkan kepada Sumber segala berkat.
Memahami konteks ayat ini, terutama mengenai semangat Daud dalam mempersiapkan pembangunan Bait Suci, memberikan kedalaman lebih pada maknanya. Ia tidak hanya menua dengan tenang, tetapi juga memastikan kelangsungan pekerjaan Tuhan melalui penggantinya. Ini adalah pelajaran berharga tentang visi jangka panjang dan warisan rohani yang melampaui hidup pribadi seseorang. Kisah ini menjadi inspirasi bagi setiap individu untuk menjalani hidup yang berkenan kepada Tuhan, meninggalkan jejak kebaikan, dan menjadi berkat bagi orang lain, sesuai dengan keyword utama kita: 1 tawarikh 29 28.