1 Tawarikh 29 3: Ketaatan dalam Persembahan untuk Bait Allah

"Lagipula, karena cintaku kepada rumah Allahku, aku memberikan secara pribadi emas dan perak yang ada padaku, untuk rumah Allahku, melebihi segala yang telah kusediakan untuk rumah yang kudus itu."

Bait Allah Persembahan
Simbolisme persembahan dan dedikasi untuk Bait Allah.

Ayat 1 Tawarikh 29:3 merupakan ungkapan tulus dari Raja Daud, yang menunjukkan kedalaman komitmen dan ketaatannya kepada Allah. Setelah mempersiapkan begitu banyak sumber daya untuk pembangunan Bait Suci, Daud tidak berhenti di situ. Ia merasa terdorong untuk memberikan dari hartanya yang pribadi, yaitu emas dan perak, sebagai tambahan dari segala yang telah dikumpulkan.

Perkataan "karena cintaku kepada rumah Allahku" adalah inti dari ayat ini. Cinta inilah yang menjadi motivasi utama Daud. Bukan karena paksaan, bukan karena kewajiban semata, melainkan dorongan dari hati yang mengasihi Tuhan dan mengasihi tempat kediaman-Nya di bumi. Pengorbanan pribadi ini melampaui apa yang sudah disediakan secara umum. Ini adalah gestur pribadi yang menunjukkan betapa berharganya Bait Allah bagi Daud, tempat di mana Tuhan berdiam dan umat-Nya beribadah.

Dalam konteks sejarah, Daud telah mempersiapkan banyak sekali material berharga, bahkan hingga ribuan talenta emas dan perak, untuk pembangunan Bait Allah yang kelak akan diteruskan oleh putranya, Salomo. Namun, dalam ayat ini, ia menegaskan kembali komitmen pribadinya. Ini bukan sekadar memberikan sisa atau kelebihan, melainkan "melebihi segala yang telah kusediakan". Ini menyiratkan bahwa Daud memberikan yang terbaik dari yang ia miliki, sebuah persembahan yang didasari oleh kasih dan pengabdian yang mendalam.

Ketaatan yang digambarkan dalam 1 Tawarikh 29:3 bukan hanya tentang memberikan harta benda. Lebih dari itu, ini adalah cerminan dari hati yang sepenuhnya berdedikasi kepada Allah. Ketika seseorang memberikan sesuatu yang berharga dari dirinya, itu menunjukkan bahwa prioritasnya adalah untuk melayani dan memuliakan Tuhan. Daud menempatkan pembangunan rumah Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidupnya, bahkan rela mengorbankan kekayaan pribadinya.

Kisah Daud dalam mempersiapkan Bait Allah, termasuk ungkapan dalam 1 Tawarikh 29:3, memberikan pelajaran berharga bagi kita. Dalam kehidupan modern, "rumah Allah" bisa diartikan sebagai gereja, komunitas orang percaya, atau bahkan hati kita sendiri yang seharusnya menjadi bait Roh Kudus. Persembahan yang kita berikan tidak selalu berbentuk materi, tetapi bisa berupa waktu, tenaga, talenta, dan kasih yang kita curahkan untuk pelayanan dan kemuliaan Tuhan.

Komitmen Daud mengingatkan kita bahwa persembahan yang berkenan di hadapan Tuhan berasal dari hati yang tulus dan penuh kasih. Ketika kita memberikan sesuatu kepada Tuhan, marilah kita melakukannya dengan sukacita dan kesadaran akan kasih-Nya yang besar kepada kita. Seperti Daud, mari kita terus berusaha memberikan yang terbaik, melampaui sekadar kewajiban, karena cinta kepada Dia dan rumah-Nya.