1 Tawarikh 29 6: Persembahan Tulus untuk Bait Allah

"Maka para kepala kaum keluarga dan para pemimpin suku Israel, para kepala kaum dan para pembesar yang mengepalai pekerjaan untuk raja, dengan sukarela memberikan sumbangan."

Persembahan Penuh Sukacita Raja Pemimpin Suku Kaum Pembesar Memberikan dengan sukarela

Ayat 1 Tawarikh 29 6 menggambarkan sebuah momen penting dalam sejarah pembangunan Bait Allah di Yerusalem. Ayat ini bukan sekadar laporan statistik, melainkan sebuah refleksi mendalam mengenai sikap hati yang benar dalam memberikan persembahan kepada Tuhan. Fokus utama dari ayat ini adalah pada para pemimpin umat, yang terdiri dari kepala kaum keluarga, para pemimpin suku, serta para pembesar yang mengepalai berbagai pekerjaan yang ditujukan untuk raja. Mereka semua memberikan sumbangan dengan sukarela.

Kata "sukarela" di sini sangat krusial. Ini menunjukkan bahwa persembahan yang diberikan bukanlah paksaan, bukan kewajiban yang dibenci, melainkan sebuah respons hati yang penuh kerelaan dan kegembiraan. Para pemimpin ini, yang memiliki kedudukan dan kekuasaan, menjadi teladan bagi seluruh umat Israel. Mereka menunjukkan bahwa pelayanan dan pembangunan rumah Tuhan harus didasari oleh keinginan hati yang murni, bukan oleh tuntutan atau tekanan dari luar. Sikap ini mencerminkan kasih dan kesetiaan mereka kepada Tuhan serta pentingnya Bait Allah sebagai pusat ibadah dan persekutuan.

Dalam konteks sejarah, masa itu adalah periode persiapan untuk pembangunan Bait Allah yang megah di bawah pemerintahan Raja Daud. Daud sendiri telah mengumpulkan banyak harta, namun ia juga memimpin dengan teladan dalam mendorong partisipasi seluruh umat. 1 Tawarikh 29 6 menegaskan bahwa para tokoh kunci dalam masyarakat Israel turut ambil bagian dengan hati yang lapang. Ini menunjukkan adanya kesatuan dan kebulatan tekad dalam proyek pembangunan yang agung ini. Persembahan yang mereka berikan kemungkinan besar mencakup materi berharga seperti emas, perak, tembaga, besi, batu-batuan mulia, dan berbagai bahan bangunan lainnya. Namun, nilai intrinsik dari persembahan tersebut tidak hanya terletak pada kuantitas atau kualitas materi, tetapi lebih pada motivasi di baliknya: kesukarelaan yang tulus.

Pesan dari 1 Tawarikh 29 6 sangat relevan bagi kita di masa kini. Dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam hal perpuluhan, persembahan, atau pelayanan kepada Tuhan dan sesama, sikap hati adalah yang terpenting. Tuhan tidak hanya melihat apa yang kita berikan, tetapi juga bagaimana kita memberikannya. Persembahan yang diberikan dengan berat hati, terpaksa, atau hanya untuk mencari pujian manusia, tidak akan memiliki nilai di hadapan Tuhan sebanyak persembahan yang kecil namun diberikan dengan sukacita dan ketulusan hati. Para pemimpin dalam ayat ini mengajarkan kita pentingnya memelihara hati yang gembira dan rela dalam memberi, karena memberi adalah salah satu bentuk ibadah yang memuliakan Tuhan dan memberkati sesama.