Yoyakim memperanakkan Yekhonya; Yekhonya memperanakkan Salatiyel.
Ayat 1 Tawarikh 3:15 membawa kita pada sebuah segmen penting dalam pencatatan silsilah dalam Kitab Suci. Ayat ini secara singkat namun padat menyebutkan dua generasi penerus dari garis keturunan yang tercatat, yaitu Yoyakim yang memperanakkan Yekhonya, dan Yekhonya yang memperanakkan Salatiyel. Meskipun terlihat sederhana, penelusuran akan nama-nama ini membuka pemahaman yang lebih dalam tentang perjalanan sejarah dan teologis umat pilihan Tuhan. Silsilah, dalam konteks Alkitab, bukan sekadar daftar nama; ia adalah peta yang menunjukkan kontinuitas, janji, dan rencana ilahi yang terus bergulir sepanjang masa.
Dalam tradisi Israel kuno, silsilah memiliki makna yang sangat penting. Ia menegaskan identitas, hak kesukuan, dan bahkan hak atas tanah warisan. Pencatatan yang cermat terhadap garis keturunan adalah bukti perhatian Tuhan terhadap detail dan kesetiaan-Nya dalam memenuhi janji-janji-Nya, terutama janji mengenai Mesias yang akan datang dari keturunan Daud. Ayat 1 Tawarikh 3:15, sebagai bagian dari catatan silsilah yang lebih luas, membantu kita melacak garis keturunan yang pada akhirnya mengarah pada Yesus Kristus, sang Mesias.
Yoyakim adalah seorang raja Yehuda yang memerintah di masa-masa sulit menjelang pembuangan ke Babel. Masa pemerintahannya ditandai oleh pemberontakan terhadap Babel dan penekanan yang meningkat oleh kekuatan asing. Keturunannya, Yekhonya, yang juga dikenal sebagai Yoyakhin, memiliki masa pemerintahan yang sangat singkat dan berakhir dengan penawanannya di Babel. Ini adalah periode kegelapan dalam sejarah kerajaan Yehuda, ketika harapan tampak semakin menipis. Namun, bahkan di tengah kesulitan ini, pencatatan silsilah terus berlanjut.
Salatiyel, anak dari Yekhonya, adalah sosok yang menjadi titik sentral dalam pemulihan dan kelanjutan garis keturunan kerajaan. Nama Salatiyel muncul dalam berbagai catatan silsilah, termasuk dalam Injil Matius dan Lukas, yang mengkonfirmasikan perannya sebagai ayah dari Zerubabel, seorang pemimpin penting dalam pemulangan umat Israel dari pembuangan Babel. Keberadaan Salatiyel dan keturunannya menunjukkan bahwa, meskipun kerajaan Yehuda telah runtuh, rencana Tuhan untuk memulihkan umat-Nya dan menggenapi janji-janji-Nya tidak terhenti.
Studi tentang ayat 1 Tawarikh 3:15, bersama dengan keseluruhan silsilah dalam 1 Tawarikh, mengingatkan kita akan kesetiaan Tuhan yang luar biasa. Ia bekerja melalui sejarah, menenun rencana-Nya melalui kehidupan orang-orang, baik mereka yang berkuasa maupun yang tidak. Bahkan ketika umat-Nya jatuh dan menghadapi konsekuensi dari dosa mereka, Tuhan terus menjaga benang keturunan yang akan membawa keselamatan. Silsilah ini adalah bukti nyata dari kasih karunia Tuhan yang tidak pernah padam, sebuah janji yang terus dijaga hingga kedatangan Kristus. Memahami konteks dari ayat ini memperkaya apresiasi kita terhadap narasi Alkitab secara keseluruhan dan pemahaman kita tentang bagaimana rencana penyelamatan Tuhan terungkap.