Ayat 1 Tawarikh 6:11 mengingatkan kita pada susunan pelayanan di zaman Perjanjian Lama, khususnya mengenai kaum Lewi yang memiliki tugas khusus dalam ibadah kepada Allah. Namun, di luar konteks historisnya, ayat ini juga sarat dengan makna rohani yang mendalam dan relevan bagi kehidupan iman kita saat ini. Perintah untuk Harun dan anak-anaknya, yang merupakan keturunan Lewi, menyoroti pentingnya panggilan dan pengabdian dalam melayani Tuhan.
Poin krusial dalam ayat ini adalah usia penugasan, yaitu mulai dari dua puluh lima tahun ke atas. Ini menunjukkan bahwa pelayanan kepada Tuhan membutuhkan kesiapan, kedewasaan, dan tanggung jawab. Bukan hanya sekadar partisipasi tanpa persiapan, tetapi sebuah panggilan yang harus dijalani dengan kesungguhan. Kaum Lewi dipanggil untuk melakukan "pekerjaan pekerjaan di Kemah Pertemuan," sebuah tugas yang mulia dan sakral. Mereka bertanggung jawab atas pemeliharaan, pengangkutan, dan berbagai aspek operasional Kemah Suci, yang merupakan pusat kehadiran Allah di tengah umat-Nya.
Makna Pelayanan dalam Kehidupan Rohani
Meskipun kita hidup di bawah Perjanjian Baru, prinsip pelayanan yang digariskan dalam 1 Tawarikh 6:11 tetap relevan. Setiap orang percaya dipanggil untuk melayani Tuhan, meskipun bentuk pelayanannya mungkin berbeda. Rasul Paulus dalam Roma 12:1-2 mengajak kita untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah, yang adalah ibadah kita yang sejati. Ini berarti seluruh aspek kehidupan kita, bukan hanya waktu di gereja, adalah kesempatan untuk melayani Tuhan.
Panggilan untuk melayani ini tidak terbatas pada mereka yang memiliki karunia-karunia rohani yang tampak jelas. Setiap orang percaya memiliki peran dan tugasnya dalam tubuh Kristus. Seperti kaum Lewi yang memiliki area pelayanan spesifik, kita pun dipanggil untuk menggunakan talenta dan anugerah yang diberikan Allah kepada kita demi pembangunan jemaat dan kemuliaan nama-Nya. Ayat ini mengajarkan bahwa pelayanan itu adalah sebuah kehormatan dan tanggung jawab yang datang dari perintah Tuhan sendiri.
Kedewasaan dan Kesiapan dalam Melayani
Usia dua puluh lima tahun sebagai batas awal pelayanan bagi kaum Lewi bisa kita tafsirkan sebagai perlunya kedewasaan rohani. Pelayanan yang efektif membutuhkan pemahaman yang baik tentang Firman Tuhan, kematangan emosi, dan hati yang tulus mengasihi Tuhan dan sesama. Bukan berarti anak-anak tidak bisa melayani, namun ada tingkatan tanggung jawab dan peran yang sepadan dengan usia dan kematangan seseorang. Demikian pula dalam kehidupan gereja, ada berbagai bentuk pelayanan yang membutuhkan kedewasaan, seperti kepemimpinan, pengajaran, atau pelayanan pastoral.
Perintah ini juga menekankan bahwa pelayanan adalah bagian integral dari kehidupan umat Allah. Kemah Pertemuan bukanlah sekadar bangunan, melainkan lambang kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Pelayanan kaum Lewi memastikan bahwa kehadiran Tuhan dapat dihormati dan diakses oleh semua orang. Dalam konteks kekristenan, gereja adalah perwujudan dari tubuh Kristus di bumi, dan pelayanan kita memastikan bahwa Injil terus diberitakan dan kasih Kristus terus dinyatakan kepada dunia.
Ayat 1 Tawarikh 6:11, meski terkesan kuno, sebenarnya membuka pemahaman kita tentang pentingnya struktur, tanggung jawab, dan panggilan dalam melayani Tuhan. Ia mengajak kita untuk merefleksikan panggilan pribadi kita, mengupayakan kedewasaan rohani, dan secara aktif terlibat dalam tugas-tugas pelayanan yang dipercayakan kepada kita. Mari kita jalani panggilan ini dengan sukacita dan kesetiaan, sebagaimana kaum Lewi dulu melayani di Kemah Pertemuan.