Ayat 1 Tawarikh 6:38 mengantarkan kita pada sebuah momen penting dalam sejarah Israel, yaitu pengaturan ibadah di Bait Allah. Ayat ini secara spesifik menyebutkan peran Harun, seorang tokoh dari kaum Lewi, dalam menaikkan pujian pada waktunya. Ini bukan sekadar sebuah catatan sejarah biasa, melainkan sebuah pengingat akan pentingnya musik dan seni suara dalam ibadah kepada Tuhan. Dalam tradisi Israel kuno, kaum Lewi memiliki tugas khusus untuk melayani di Kemah Suci dan kemudian di Bait Allah, termasuk dalam hal musik. Mereka adalah para musisi, penyanyi, dan pemain alat musik yang dipercayakan untuk memimpin umat dalam memuji dan menyembah Tuhan.
Penyebutan "pada waktunya" menunjukkan adanya keteraturan dan penjadwalan yang ketat dalam pelaksanaan ibadah. Hal ini menggarisbawahi keseriusan dan kekudusan ibadah yang dilakukan. Musik pujian bukanlah sesuatu yang dilakukan secara acak atau spontan tanpa persiapan, melainkan bagian integral dari ritual yang telah diatur. Ayat ini, meskipun singkat, membuka pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana umat Israel memandang seni suara. Musik bukan hanya hiburan, tetapi sebuah alat yang sangat ampuh untuk mengekspresikan sukacita, rasa syukur, penyesalan, dan pengakuan akan kebesaran Tuhan.
Tokoh seperti Asaf, yang disebut dalam pasal yang sama (meskipun tidak secara eksplisit di ayat 38 ini, namun konteks pasal 6 Tawarikh sangat terkait dengan kepemimpinan musik oleh keturunannya), merupakan contoh nyata dari pemimpin pujian yang memiliki karunia dan dedikasi. Melalui kepemimpinan mereka, musik menjadi sarana yang mempersatukan umat, membangkitkan semangat rohani, dan membawa mereka lebih dekat kepada Tuhan. Mengingat kembali ayat ini memberikan perspektif yang berharga tentang bagaimana ibadah yang terstruktur, dipimpin oleh individu yang bertanggung jawab, dan dihiasi dengan musik yang indah, merupakan komponen penting dalam membangun hubungan yang mendalam antara umat dan Sang Pencipta.
Keteraturan dalam ibadah yang dicatat dalam Kitab Tawarikh mengingatkan kita bahwa setiap elemen dalam penyembahan memiliki tujuan. Musik yang dipersembahkan oleh kaum Lewi, termasuk keturunan Harun, berfungsi untuk mengagungkan Tuhan dan membangun iman umat. Ini adalah sebuah warisan yang berharga, menunjukkan bahwa sejak zaman kuno, seni suara telah menjadi bagian tak terpisahkan dari cara manusia mendekati dan memuliakan Tuhan. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan kembali makna musik dalam ibadah kita saat ini, dan bagaimana kita dapat mempersembahkannya dengan tulus, teratur, dan penuh hormat, seperti yang telah dicontohkan oleh generasi awal umat Israel.