Firman Tuhan dalam 1 Timotius 3:10 memberikan panduan yang jelas mengenai karakter dan integritas yang diharapkan dari para pelayan di gereja, khususnya para diaken. Ayat ini bukan sekadar daftar persyaratan, melainkan cerminan dari nilai-nilai fundamental yang harus dijunjung tinggi dalam melayani Tuhan dan sesama. Kualitas-kualitas yang disebutkan di sini bersifat universal dan relevan sepanjang masa bagi siapa saja yang dipanggil untuk memegang tanggung jawab pelayanan.
Pertama, disebutkan bahwa diaken haruslah "orang yang terhormat". Ini menyiratkan adanya kehormatan pribadi, martabat, dan rasa hormat yang diperoleh bukan karena jabatan, melainkan karena perilaku hidup yang benar. Seseorang yang terhormat adalah pribadi yang memiliki reputasi baik di mata jemaat maupun di luar jemaat, yang tindakannya mencerminkan kekudusan Tuhan.
Selanjutnya, ayat ini menekankan "jangan bercunıta". Kata "bercunıta" dalam konteks ini sering diartikan sebagai memiliki dua hati, kemunafikan, atau ketidakjujuran. Seorang pelayan Tuhan haruslah memiliki integritas yang teguh, konsisten antara perkataan dan perbuatannya. Tidak ada ruang untuk kepalsuan atau kepura-puraan dalam melayani.
Kemudian, ada larangan untuk "jangan terlalu suka minum anggur". Hal ini menekankan pentingnya kendali diri dan kesederhanaan. Keterikatan pada kesenangan duniawi, termasuk minuman keras, dapat merusak penilaian, mengurangi kewaspadaan rohani, dan membawa aib bagi pelayanan. Seorang pelayan haruslah memiliki pikiran yang jernih dan fokus pada panggilan Tuhan.
Terakhir, firman Tuhan mengingatkan "jangan serakah karena keuntungan yang tidak malu". Keserakahan adalah akar dari banyak kejahatan, dan dalam pelayanan, ini bisa bermanifestasi sebagai penyelewengan dana, penyalahgunaan posisi untuk keuntungan pribadi, atau sekadar mencari materi dari pelayanan. Seorang diaken haruslah memiliki hati yang murah hati, tidak terikat pada harta duniawi, dan mengutamakan kepentingan jemaat serta kemuliaan Tuhan di atas segalanya. Keuntungan yang "tidak malu" merujuk pada keuntungan yang diperoleh dengan cara yang tidak jujur atau memalukan.
Keempat kualitas ini—terhormat, tidak bercunıta, tidak suka minum anggur, dan tidak serakah—membentuk fondasi karakter seorang diaken. Jika para pelayan di gereja mampu meneladani prinsip-prinsip ini, maka pelayanan mereka akan memuliakan Tuhan, membangun jemaat, dan menjadi teladan yang baik bagi banyak orang. Ini adalah panggilan untuk menjaga kemurnian dan kesaksian dalam setiap aspek kehidupan, khususnya dalam tanggung jawab pelayanan.