2 Korintus 11:11

"Mengapa demikian? Karena aku tidak mengasihi kamu? Allah mengetahuinya."

Ayat 2 Korintus 11:11 ini mungkin terdengar singkat, namun sarat makna yang mendalam bagi para pengikut Kristus. Di tengah khotbah panjang Rasul Paulus yang seringkali membela diri dan pelayanannya dari tuduhan dan keraguan, ayat ini muncul sebagai penegasan yang kuat tentang motivasinya. Paulus sedang berbicara kepada jemaat di Korintus, yang tampaknya sedang mengalami berbagai pergumulan, termasuk keraguan terhadap otoritas dan kemurnian pelayanannya.

Dalam konteks pasal 11, Paulus sedang membandingkan dirinya dengan para "rasul-rasul super" yang mencoba memutarbalikkan Injil dan mencari keuntungan pribadi. Ia menunjukkan bahwa ia tidak meminta imbalan materi atau mencari kemuliaan diri sendiri. Sebaliknya, ia menanggung penderitaan, tantangan, dan pengucilan demi Injil dan demi kebaikan jemaat.

Pertanyaan retoris "Mengapa demikian?" merujuk pada segalanya yang telah Paulus lakukan: menahan lapar, haus, dingin, telanjang, menghadapi bahaya, dipenjara, dan dicambuk. Ia telah menanggung kesulitan yang tak terhitung demi memberitakan kabar baik. Kemudian, ia melanjutkan dengan menyatakan, "Karena aku tidak mengasihi kamu? Allah mengetahuinya." Ini adalah penegasan yang luar biasa dari kedalaman kasihnya yang tulus.

Paulus tidak membiarkan keraguan atau kesalahpahaman membenamkan pelayanannya. Ia berseru kepada Allah sebagai saksi atas hatinya. Kredo ini bukan sekadar pernyataan, tetapi kesaksian ilahi yang menegaskan bahwa motif di balik segala pengorbanannya adalah kasih. Kasih yang tidak egois, kasih yang rela berkorban, kasih yang sama seperti yang ditunjukkan oleh Kristus sendiri.

Bagi kita hari ini, ayat ini mengajarkan pentingnya kemurnian motivasi dalam setiap pelayanan dan tindakan iman. Apakah kita melakukan sesuatu karena dorongan kasih yang sejati, atau karena keinginan untuk diakui, dihargai, atau sekadar kewajiban? Paulus mengingatkan kita bahwa pada akhirnya, hati kita akan terlihat oleh Allah. Keaslian kasih kita adalah fondasi yang kokoh bagi pelayanan yang efektif dan tak tergoyahkan.

Dalam sebuah dunia yang seringkali penuh dengan kepalsuan dan motivasi tersembunyi, kesaksian Paulus tentang kasihnya yang didukung oleh Allah menjadi mercusuar. Ini mendorong kita untuk memeriksa diri sendiri, untuk memastikan bahwa tindakan kita berasal dari hati yang dipenuhi kasih, kasih yang tidak mencari keuntungan diri, tetapi hanya ingin melayani dan melihat orang lain bertumbuh dalam Kristus. Kasih seperti inilah yang akan bertahan dan memiliki dampak kekal.