Ayat 2 Korintus 8:18 ini merupakan bagian dari perikop mengenai persembahan untuk jemaat Yerusalem. Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, menekankan pentingnya kemurahan hati dan kedermawanan dalam memberi. Ia tidak hanya menasihati, tetapi juga memberikan contoh nyata dan teladan dari tokoh-tokoh iman yang telah lebih dulu menunjukkan kasih melalui tindakan nyata.
Dalam ayat ini, Paulus menyebutkan pengiriman "seorang saudara" bersama dengan Titus. Identitas saudara ini memang tidak disebutkan secara eksplisit dalam ayat ini, namun sebagian besar penafsir Alkitab meyakini bahwa ia adalah Barnabas. Barnabas adalah sosok yang sangat penting dalam gereja mula-mula, seorang pengajar yang penuh semangat dan pelayan Injil yang gigih. Keberadaannya bersama dengan Titus, dan bagaimana ia "dianjurkan dalam Injil di semua jemaat," menunjukkan bahwa ia adalah individu yang teruji dalam imannya dan dihormati dalam perjalanannya memberitakan Kabar Baik.
Pengutusan saudara ini bukan sekadar perjalanan biasa. Ia diutus dengan tujuan yang sangat mulia: untuk mendukung dan memperkuat pemberitaan Injil di berbagai jemaat. Lebih dari itu, ini juga berkaitan erat dengan pengumpulan persembahan dari jemaat Korintus untuk membantu saudara-saudari seiman mereka di Yerusalem yang sedang mengalami kesulitan. Paulus ingin memastikan bahwa persembahan ini dikumpulkan dengan tulus dan diberikan dengan cara yang teratur dan dapat dipercaya.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa kasih Kristus tidak hanya terwujud dalam kata-kata, tetapi haruslah diwujudkan dalam tindakan nyata. Seperti saudara yang diutus Paulus, kita dipanggil untuk menjadi agen kasih dan kemurahan hati di tengah dunia. Kedermawanan, baik materi maupun spiritual, adalah salah satu ekspresi iman yang paling kuat. Paulus sendiri adalah teladan luar biasa dalam hal ini, rela berkorban dan bekerja keras demi pembangunan dan penguatan gereja.
Perhatikanlah bagaimana Paulus menyebutkan bahwa saudara ini "dianjurkan dalam Injil di semua jemaat." Ini menyiratkan bahwa ia memiliki reputasi yang baik dan kesaksian hidup yang memuliakan Tuhan. Ia bukan hanya sekadar "mengantarkan" persembahan, tetapi kehadirannya sendiri menjadi bukti hidup dari pemberitaan Injil yang benar. Ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa setiap aspek kehidupan kita, termasuk cara kita memberi dan melayani, haruslah mencerminkan nilai-nilai Injil.
Dalam konteks persembahan, ayat ini mengajarkan pentingnya kepercayaan dan integritas. Dengan mengutus orang yang terpercaya dan memiliki rekam jejak yang baik dalam pelayanan Injil, Paulus menunjukkan komitmennya untuk memastikan bahwa persembahan tersebut dikelola dengan jujur dan diberikan kepada yang berhak. Ini juga mendorong jemaat Korintus untuk memberi dengan sukarela dan dengan hati yang tulus, karena mereka tahu bahwa persembahan mereka akan digunakan untuk tujuan yang mulia.
Jadi, 2 Korintus 8:18 bukan hanya sekadar cerita tentang pengutusan seorang tokoh. Ia adalah panggilan untuk kita semua agar hidup dalam kasih yang berkorban, yang termanifestasi dalam tindakan nyata, integritas, dan sukacita dalam melayani sesama dan memajukan Kerajaan Allah. Mari kita meneladani saudara-saudara iman kita yang terdahulu, menjadi saluran berkat dan kesaksian hidup di mana pun kita berada.