Simbol persembahan syukur dan berkat yang melimpah.
Ayat Imamat 7:32 merupakan bagian dari instruksi rinci mengenai persembahan korban keselamatan (bahasa Ibrani: shalom) yang dipersembahkan kepada Tuhan di dalam Kitab Imamat. Persembahan ini berbeda dari persembahan bakaran atau persembahan sajian, karena persembahan korban keselamatan memiliki komponen penting yaitu untuk dikonsumsi. Sebagian dipersembahkan kepada Tuhan, sebagian diberikan kepada para imam, dan sebagian lagi dinikmati oleh orang yang mempersembahkannya beserta keluarga dan sahabat.
Penekanan pada "bahu kanan" sebagai bagian yang harus dipersembahkan menunjukkan betapa berharganya bagian tersebut. Dalam budaya kuno, bahu sering kali diasosiasikan dengan kekuatan, kepemimpinan, dan kemampuan untuk menopang beban. Dengan mempersembahkan bahu kanan, umat Israel menyatakan bahwa kekuatan dan kemampuan mereka berasal dari Tuhan, dan mereka bersyukur atas berkat serta perlindungan yang telah diberikan. Ini adalah tindakan penyerahan diri dan pengakuan kedaulatan ilahi.
Persembahan korban keselamatan bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan ekspresi mendalam dari hati yang bersyukur dan ingin memelihara hubungan damai dengan Tuhan. Ada beberapa alasan mengapa seseorang mempersembahkan korban keselamatan:
Dalam semua kasus ini, persembahan korban keselamatan menekankan aspek shalom – perdamaian, keutuhan, kemakmuran, dan hubungan yang harmonis dengan Tuhan. Dengan mempersembahkan bagian terbaik dari hewan korban, umat Israel menunjukkan komitmen mereka untuk hidup dalam keselarasan dengan kehendak Tuhan.
Meskipun hukum ritual mengenai persembahan hewan tidak lagi dipraktikkan sejak kedatangan Yesus Kristus, prinsip rohani di balik Imamat 7:32 tetap relevan. Kita dipanggil untuk mempersembahkan "korban" kita kepada Tuhan di zaman modern. Ini bisa berupa:
Imamat 7:32 mengingatkan kita bahwa ibadah sejati melibatkan pemberian terbaik kita kepada Tuhan, sebagai ungkapan rasa syukur dan kerinduan untuk hidup dalam damai sejahtera bersama-Nya.