"Dan bukan hanya dia saja, tetapi dia yang dipilih oleh jemaat menjadi teman seperjalanan kami dalam pelayanan kasih yang kami lakukan untuk kemuliaan Tuhan sendiri dan untuk menyatakan kesediaan kami."
Ayat 2 Korintus 8:19 ini berbicara tentang sebuah aspek penting dalam kehidupan kekristenan: pelayanan kasih, khususnya yang berkaitan dengan pengumpulan dana. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menekankan pentingnya kejujuran, transparansi, dan motivasi yang murni dalam segala bentuk pemberian. Ayat ini secara spesifik menyebutkan seorang saudara yang dipilih oleh jemaat untuk mendampingi Paulus dan rekan-rekannya dalam menjalankan pelayanan kasih tersebut.
Penunjukan saudara ini bukanlah sebuah kebetulan, melainkan sebuah pemilihan yang disengaja oleh jemaat. Hal ini menunjukkan adanya kepercayaan dan akuntabilitas dalam proses pengumpulan dan penyaluran dana. Jemaat tidak hanya memberikan dana, tetapi juga turut ambil bagian dalam mengawasi dan memastikan bahwa pemberian tersebut tersalurkan dengan baik dan sesuai tujuannya. Ini adalah prinsip penting dalam pengelolaan keuangan gereja dan pelayanan sosial, yaitu melibatkan orang-orang yang terpercaya dan memiliki integritas untuk mengemban tugas tersebut.
Lebih jauh lagi, ayat ini mengungkapkan motivasi di balik pelayanan tersebut. Disebutkan bahwa pelayanan kasih ini dilakukan "untuk kemuliaan Tuhan sendiri dan untuk menyatakan kesediaan kami." Ini menegaskan bahwa pemberian dan pelayanan yang sejati tidaklah dimotivasi oleh keinginan untuk dipuji manusia atau untuk mendapatkan keuntungan pribadi, melainkan berakar pada kerinduan untuk memuliakan Tuhan. Ketaatan terhadap perintah Tuhan untuk mengasihi sesama dan berbagi berkat menjadi dorongan utama. Selain itu, pelayanan ini juga menjadi sarana untuk menunjukkan "kesediaan kami," sebuah ungkapan hati yang tulus dan sukarela untuk berkontribusi dalam karya Tuhan.
Dalam konteks yang lebih luas, pelayanan kasih yang disebutkan dalam 2 Korintus 8 adalah tentang pengumpulan dana untuk membantu orang percaya yang berkekurangan di Yerusalem. Paulus mendorong jemaat Korintus untuk memberi dengan murah hati, bahkan melampaui kemampuan mereka, sebagai bentuk solidaritas dan persaudaraan dalam Kristus. Penunjukan seorang wakil dari jemaat menjadi bukti komitmen dan keseriusan dalam proses ini. Hal ini mengajarkan kita bahwa pemberian yang efektif dan berdampak tidak hanya soal jumlah, tetapi juga soal bagaimana prosesnya dikelola dan apa motivasi di baliknya.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi kita saat ini. Dalam setiap bentuk pemberian, baik itu waktu, tenaga, maupun materi, penting untuk memastikan bahwa ada transparansi dan akuntabilitas. Orang-orang yang dipilih untuk mengelola pemberian haruslah mereka yang dipercaya oleh komunitas. Yang terpenting, motivasi kita dalam memberi haruslah berakar pada kasih kepada Tuhan dan sesama, bukan pada motif-motif duniawi. Ketika kita memberi dengan tulus dan penuh kesediaan, kita tidak hanya membantu mereka yang membutuhkan, tetapi juga memuliakan nama Tuhan dan menyatakan keindahan Injil melalui tindakan nyata. Pelayanan kasih adalah ekspresi iman yang hidup dan berbuah, sebuah kesaksian yang kuat tentang kasih Kristus yang terus mengalir.