"Tetapi setelah ia sampai ke Samaria, dibunuhnya semua orang yang masih tinggal dari kaum Ahab di Samaria, hingga punah semuanya, sesuai dengan firman TUHAN yang telah difirmankan-Nya kepada Elia."
Kisah dalam 2 Raja-Raja 10:17 membawa kita pada momen krusial dalam sejarah Kerajaan Israel Utara. Ayat ini menyoroti tindakan tegas yang diambil oleh Raja Yêu di Samaria, ibu kota kerajaan. Fokus utama dari ayat ini adalah pembersihan total terhadap sisa-sisa keluarga Ahab, raja sebelumnya yang dikenal karena kejahatannya dan pengaruhnya yang kuat dari perzinahan dan penyembahan berhala.
Yêu diperintahkan oleh Allah, melalui nabi-Nya, untuk membasmi garis keturunan Ahab sebagai hukuman atas dosa-dosa mereka yang telah merusak bangsa Israel. Tindakan Yêu bukan sekadar balas dendam pribadi, melainkan pelaksanaan penghakiman ilahi. Sesuai dengan firman TUHAN yang telah disampaikan melalui Nabi Elia, Yêu tidak menyisakan seorang pun dari kaum Ahab di Samaria. Hal ini menunjukkan keseriusan Allah dalam menanggapi ketidaktaatan dan penyembahan berhala yang telah merajalela di bawah pemerintahan Ahab dan istrinya, Izebel.
Proses pembersihan ini digambarkan dengan sangat lugas: "dibunuhnya semua orang yang masih tinggal... hingga punah semuanya." Ini bukanlah gambaran yang mudah dicerna, namun mencerminkan betapa parahnya kerusakan moral dan spiritual yang telah terjadi. Allah tidak dapat mentolerir dosa yang terus-menerus dan penghinaan terhadap hukum-Nya. Penggunaan frasa "sesuai dengan firman TUHAN yang telah difirmankan-Nya kepada Elia" menegaskan bahwa seluruh peristiwa ini adalah bagian dari rencana dan kehendak ilahi yang telah diumumkan jauh sebelumnya. Nabi Elia sendiri telah menubuatkan kebinasaan bagi rumah Ahab, dan Yêu adalah instrumen yang digunakan Allah untuk menggenapi nubuat tersebut.
Tindakan Yêu juga mengingatkan kita tentang konsekuensi dari kepemimpinan yang tidak saleh. Keluarga Ahab telah membawa Israel jauh dari jalan Tuhan, mempromosikan penyembahan kepada Baal, dan menindas umat Tuhan. Sebagai hasilnya, penghakiman yang berat harus datang. Kisah ini menunjukkan bahwa Allah itu kudus dan adil. Dia tidak akan membiarkan dosa berlalu begitu saja, terutama ketika dosa tersebut berdampak luas pada umat-Nya.
Namun, penting juga untuk melihat gambaran yang lebih luas. Meskipun Yêu berhasil membasmi garis keturunan Ahab, apakah ini berarti Israel langsung kembali kepada ketaatan penuh kepada Allah? Ayat-ayat selanjutnya dalam Kitab Raja-Raja menunjukkan bahwa meskipun Yêu membersihkan penyembahan Baal, dia masih mempertahankan penyembahan anak lembu emas di Betel dan Dan. Ini menunjukkan bahwa pembersihan total dari kejahatan spiritual adalah sebuah perjuangan yang berkelanjutan. Tindakan di Samaria adalah langkah penting, tetapi perjalanan Israel menuju pemulihan yang sejati masih panjang dan penuh tantangan.
Pada akhirnya, 2 Raja-Raja 10:17 adalah pengingat yang kuat tentang keadilan Allah, keseriusan dosa, dan pentingnya ketaatan. Kisah Yêu, meskipun keras, mengajarkan kita bahwa Allah menghargai ketaatan dan bahwa kejahatan pasti akan menghadapi konsekuensinya. Ini juga menunjukkan bahwa Allah menggunakan manusia, bahkan yang memiliki cacat sekalipun, untuk melaksanakan rencana-Nya di dunia.