2 Raja-Raja 10:33 - Ketaatan Hezekia yang Menginspirasi

"Dan raja Yosua (Hezekia) membuang semua keturunan Yerobeam, dan memusnahkan mezbah-mezbah Baal yang tersebar di seluruh tanah Israel. Ia juga menghancurkan patung-patung Asyera dan membakar patung-patung itu. Ia memulihkan ibadah kepada TUHAN di Yerusalem."

Ayat 2 Raja-Raja 10:33 membawa kita pada kisah penting tentang pemerintahan Raja Yosua (dalam terjemahan lain sering disebut Raja Hezekia, namun konteks ayat ini merujuk pada Raja Yosua yang melanjutkan upaya pemurnian ibadah). Ayat ini menggambarkan tindakan tegas dan berani yang diambil untuk memulihkan ibadah yang benar kepada TUHAN di Kerajaan Yehuda. Di tengah budaya dan praktik penyembahan berhala yang merajalela, Yosua memilih untuk berpihak pada ketaatan mutlak kepada Allah.

Tindakan Yosua bukanlah hal yang mudah. Ia harus berhadapan dengan warisan dan pengaruh yang telah tertanam kuat dalam masyarakat. "Membuang semua keturunan Yerobeam" menunjukkan keseriusan dan komitmennya untuk membersihkan seluruh sistem yang mendukung penyembahan berhala. Yerobeam, raja pertama Kerajaan Israel utara, dikenal karena mendirikan patung anak lembu di Betel dan Dan untuk mencegah rakyatnya pergi ke Yerusalem. Keputusan Yosua untuk memberantas habis sisa-sisa pengaruh Yerobeam menegaskan keinginannya untuk mengembalikan kemurnian ibadah.

Lebih lanjut, ayat ini menyebutkan bahwa Yosua "memusnahkan mezbah-mezbah Baal yang tersebar di seluruh tanah Israel. Ia juga menghancurkan patung-patung Asyera dan membakar patung-patung itu." Baal dan Asyera adalah dewa-dewa yang sangat populer dalam kebudayaan Kanaan, yang sering kali diasosiasikan dengan kesuburan dan praktik-praktik moral yang rendah. Upaya Yosua bukan sekadar simbolis, melainkan penghancuran fisik terhadap objek-objek penyembahan berhala. Membakar patung-patung tersebut melambangkan kehancuran total dan penolakan terhadap segala bentuk ibadah yang menyimpang dari firman TUHAN.

Puncak dari tindakan Yosua adalah ia "memulihkan ibadah kepada TUHAN di Yerusalem." Ini berarti ia tidak hanya menghancurkan yang salah, tetapi juga secara aktif membangun kembali apa yang benar. Ia memastikan bahwa ibadah yang otentik, sesuai dengan ketetapan Taurat TUHAN, dapat kembali dijalankan dengan benar. Ini mencakup pemulihan bait Allah sebagai pusat ibadah, serta memastikan bahwa para imam dan orang Lewi menjalankan tugas mereka. Ketaatan Yosua ini menjadi teladan bagi raja-raja dan pemimpin-pemimpin selanjutnya, serta bagi umat Allah di setiap zaman.

Kisah 2 Raja-Raja 10:33 mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kemurnian iman dan ketaatan kita kepada Allah. Dalam kehidupan modern, penyembahan berhala mungkin tidak selalu berbentuk fisik, tetapi bisa berupa obsesi terhadap materi, kekuasaan, atau kesenangan duniawi yang menggeser posisi Allah dalam hati kita. Komitmen Yosua untuk "memulihkan ibadah kepada TUHAN" adalah panggilan bagi kita untuk senantiasa menempatkan Allah sebagai prioritas utama dalam hidup kita, membersihkan segala sesuatu yang menghalangi hubungan kita dengan-Nya, dan secara aktif membangun kembali kehidupan rohani kita agar senantiasa berkenan kepada-Nya.