Kisah yang tercatat dalam 2 Raja-Raja 15:20 membawa kita pada sebuah momen krusial dalam sejarah Israel, khususnya menyentuh relasi mereka dengan kerajaan Mesir. Ayat ini memberikan gambaran tentang bagaimana kekuatan luar, dalam hal ini Fir'aun raja Mesir, mulai mengambil peran aktif dalam dinamika politik di wilayah Israel. Pemberontakan dan perebutan kekuasaan bukanlah hal baru dalam narasi Alkitab, namun intervensi Mesir seperti yang digambarkan di sini menandai pergeseran lanskap regional yang signifikan.
Pada periode yang dijelaskan, kerajaan Israel Utara telah mengalami berbagai gejolak internal. Pergantian raja yang sering, kudeta, dan perang saudara menjadi latar belakang yang kelam bagi banyak peristiwa. Dalam konteks inilah, Fir'aun raja Mesir melihat celah dan kesempatan. Tindakannya menyerang dan menduduki kota Tapsah, beserta seluruh wilayah sekitarnya dari Tappuah hingga Gaza, menunjukkan ambisi Mesir untuk memperluas pengaruhnya.
Keputusan Fir'aun untuk tidak lagi menyerahkan Tapsah kepada Israel dan menuntut upeti dari segenap tanah Efraim sangatlah penting. Ini bukan hanya soal penaklukan militer, tetapi juga pernyataan dominasi ekonomi dan politik. Mesir, sebagai salah satu kekuatan besar pada masa itu, menggunakan kekuatan militernya untuk memastikan keuntungan ekonomi melalui pajak dan upeti. Penguasaan atas kota-kota dan wilayah Israel Utara secara langsung melemahkan kedaulatan mereka dan menjadikan mereka bergantung pada kekuatan Mesir.
Ayat ini menyoroti beberapa aspek penting. Pertama, kerentanan kerajaan Israel pada masa itu akibat ketidakstabilan internal. Perpecahan dan konflik di dalam negeri membuat mereka mudah menjadi sasaran kekuatan asing. Kedua, peran Mesir sebagai kekuatan yang selalu mengamati dan siap memanfaatkan situasi untuk kepentingannya. Sejarah mencatat bahwa Mesir memiliki hubungan yang kompleks dengan bangsa-bangsa di Levant, terkadang sebagai sekutu, terkadang sebagai musuh, dan seringkali sebagai kekuatan imperialis.
Penolakan Fir'aun untuk menyerahkan Tapsah kepada Israel menunjukkan bahwa perjanjian sebelumnya, jika memang ada, telah dilanggar atau diabaikan. Ini bisa jadi merupakan kelanjutan dari kebijakan luar negeri Mesir yang lebih luas atau respons spesifik terhadap kondisi politik Israel saat itu. Tuntutan upeti dari seluruh tanah Efraim menggarisbawahi bahwa pengaruh Mesir tidak hanya terbatas pada kota yang ditaklukkan, tetapi meluas ke wilayah kekuasaan penting di kerajaan Israel Utara.
Pentingnya ayat ini dalam studi kitab 2 Raja-Raja adalah bagaimana ia menghubungkan peristiwa internal Israel dengan interaksi mereka dengan kekuatan regional. Ini memberikan gambaran yang lebih luas tentang bagaimana bangsa-bangsa kuno berinteraksi, saling bersaing, dan bagaimana perjanjian serta pemberontakan membentuk jalannya sejarah. Peristiwa ini bisa menjadi pengingat bahwa kekuatan eksternal seringkali memainkan peran dalam nasib suatu bangsa, terutama ketika bangsa itu sendiri terpecah belah.
Tindakan Fir'aun dalam 2 Raja-Raja 15:20 bukan sekadar catatan sejarah, tetapi cerminan dinamika kekuasaan yang kompleks, di mana kerajaan-kerajaan kecil seringkali terjebak di antara kekuatan besar yang berebut pengaruh. Ini adalah cerita tentang bagaimana perjanjian dapat dilanggar demi keuntungan, dan bagaimana pemberontakan serta penaklukan dapat mengubah peta politik secara drastis.