Ayat dari kitab 2 Raja-raja 15:23 membawa kita pada momen penting dalam sejarah Israel. Ayat ini mencatat perpindahan kekuasaan di kerajaan utara, Israel, dengan munculnya Menahem, anak Gadi, sebagai raja. Periode ini seringkali diwarnai dengan ketidakstabilan politik, pergantian raja yang cepat, dan intrik internal. Namun, di tengah gejolak tersebut, kisah seorang raja yang memerintah di sebuah wilayah bernama Tirza, yang terletak di tepi Sungai Yordan, menawarkan perspektif yang menarik.
Peristiwa yang dicatat dalam 2 Raja-raja 15:23 menempatkan kita pada tahun keseratus tiga puluh sembilan pemerintahan Daud. Ini adalah rentang waktu yang panjang, menunjukkan bahwa catatan ini merujuk pada perhitungan tahun sejak masa pemerintahan Raja Daud, yang merupakan penanda waktu yang umum digunakan dalam kronik kerajaan Israel kuno. Menahem naik takhta di Tirza, sebuah kota yang mungkin memiliki nilai strategis atau historis tersendiri. Masa pemerintahannya berlangsung selama sepuluh tahun, sebuah durasi yang relatif stabil dibandingkan dengan beberapa raja sebelumnya yang seringkali hanya berkuasa singkat sebelum digulingkan atau dibunuh.
Yang menarik dari ayat ini adalah penekanannya pada lokasi. Tirza, yang disebutkan sebagai pusat pemerintahan Menahem, terletak di tepi Sungai Yordan. Sungai ini sendiri memiliki makna religius dan geografis yang dalam bagi bangsa Israel. Yordan adalah batas alam yang memisahkan tanah yang dijanjikan dari wilayah di seberangnya, dan seringkali menjadi saksi peristiwa-peristiwa penting, mulai dari penyeberangan bangsa Israel di bawah Yosua hingga pembaptisan Yesus di kemudian hari. Keberadaan raja yang memerintah dari tepi sungai ini bisa mengisyaratkan pentingnya penguasaan atas jalur perairan dan wilayah yang strategis.
Pemerintahan Menahem sendiri tidak dijelaskan secara rinci dalam ayat ini, namun konteks kitab 2 Raja-raja secara umum menggambarkan masa-masa sulit bagi kerajaan utara. Seringkali terdapat ancaman dari kerajaan tetangga yang lebih besar, seperti Asiria, yang kemudian berperan besar dalam kehancuran Israel. Dalam situasi seperti itu, seorang raja yang mampu mempertahankan kekuasaannya selama sepuluh tahun menunjukkan ketangguhan, kemampuan politik, atau mungkin bahkan kekuatan militer yang cukup untuk mengendalikan situasi internalnya. Tirza sebagai pusat pemerintahannya menjadi saksi bisu dari kebijakan-kebijakan yang diambilnya, baik yang membawa kemakmuran maupun penderitaan bagi rakyatnya.
Studi terhadap ayat 2 Raja-raja 15:23 bukan hanya sekadar membaca urutan raja dan tahun. Ini adalah undangan untuk merenungkan kompleksitas sejarah, kekuatan politik, dan peran geografi dalam membentuk nasib sebuah bangsa. Keberadaan Menahem di Tirza, di tepi Sungai Yordan, mengingatkan kita bahwa bahkan di tengah ketidakpastian, ada kisah-kisah tentang kepemimpinan, perjuangan untuk bertahan, dan upaya untuk membangun stabilitas di tanah yang penuh tantangan. Ayat ini merupakan bagian dari narasi yang lebih besar tentang kerajaan Israel, sebuah cerita yang kaya akan pelajaran tentang iman, ketaatan, dan konsekuensi dari pilihan manusia.