Matius 21:35 - Perumpamaan tentang Tuan Kebun Anggur

"Tetapi orang-orang kebun itu menangkapnya, menyakitinya, bahkan membunuhnya."
Simbol perumpamaan kebun anggur Matius 21:35

Ayat Matius 21:35 ini merupakan bagian krusial dari perumpamaan Yesus tentang tuan kebun anggur. Perumpamaan ini diceritakan Yesus untuk menegur para pemimpin agama Yahudi yang menolak kedatangan-Nya, bahkan berniat membunuh-Nya. Dalam perumpamaan ini, tuan kebun anggur melambangkan Allah Bapa. Kebun anggur sendiri melambangkan umat pilihan-Nya, yaitu Israel. Para penyewa kebun anggur digambarkan sebagai para pemimpin rohani yang dipercayakan untuk mengelola dan memelihara umat Allah.

Ketika tiba saatnya memanen hasil kebun anggur, tuan itu mengutus hamba-hambanya untuk mengambil bagiannya. Namun, para penyewa kebun memperlakukan para hamba itu dengan kejam. Ada yang dipukuli, ada yang dibunuh. Tindakan ini melambangkan bagaimana para nabi yang diutus Allah sebelum Yesus, seringkali ditolak, dianiaya, dan bahkan dibunuh oleh para pemimpin rohani pada zamannya. Para pemimpin agama pada masa Yesus terus menerus menunjukkan penolakan mereka terhadap otoritas Allah.

Puncak dari perumpamaan ini terjadi ketika tuan kebun anggur memutuskan untuk mengutus anaknya sendiri. Ia berpikir, "Tentu mereka akan menghormati anak-Ku." Namun, ironisnya, justru anaknyalah yang ditangkap, disakiti, dan dibunuh oleh para penyewa kebun yang jahat. Di sinilah letak penegasan yang tajam dari Yesus. Anak yang diutus tuan kebun anggur tentu saja melambangkan Yesus Kristus sendiri. Para penyewa kebun yang membunuh anak itu jelas menggambarkan para pemimpin agama Yahudi yang menolak dan pada akhirnya merencanakan kematian Yesus.

Ayat Matius 21:35 ini sangat kuat dalam menunjukkan betapa tragisnya penolakan terhadap rencana ilahi. Ini bukan hanya tentang ketidakadilan terhadap para hamba, tetapi pengkhianatan tertinggi terhadap anugerah dan kasih Allah yang diwujudkan dalam diri Anak-Nya. Perumpamaan ini bukan sekadar cerita, melainkan sebuah peringatan keras tentang konsekuensi menolak kehendak Allah dan berkeras kepala dalam kesombongan rohani. Yesus, melalui perumpamaan ini, mengungkap motif tersembunyi dari para penentang-Nya dan menegaskan bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban penuh atas dosa mereka.

Kisah ini mengajarkan kita pentingnya merespons dengan rendah hati setiap pesan dan utusan yang datang dari Tuhan. Penolakan terhadap kebenaran dan otoritas ilahi hanya akan membawa kehancuran. Namun, bagi mereka yang menyambut Anak itu, seperti yang dinyatakan Yesus di ayat-ayat selanjutnya, Kerajaan Allah akan diberikan kepada bangsa lain yang menghasilkan buahnya pada waktunya.