2 Raja-raja 15:3 - Kisah Yehoas yang Setia

Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, sesuai segala yang telah dilakukan ayahnya, Yoas.

Kitab 2 Raja-raja merupakan catatan penting mengenai sejarah Kerajaan Israel dan Yehuda, serta peran para raja dalam memimpin umat Tuhan. Di dalam pasal 15, kita menemukan kisah tentang berbagai raja, baik yang saleh maupun yang jahat. Namun, ayat ketiga pasal ini menyoroti seorang raja yang tindakannya patut mendapat perhatian khusus: Yehoas. Ia digambarkan melakukan apa yang benar di mata Tuhan, sebuah pujian yang sangat berharga dalam narasi Alkitab.

Pujian ini tidak datang secara kebetulan. Catatan tersebut secara spesifik menyebutkan bahwa tindakannya serupa dengan apa yang telah dilakukan ayahnya, Yoas. Ini menunjukkan kontinuitas dalam kepemimpinan yang baik. Ayahnya, Yoas, juga dikenal sebagai raja yang, meskipun tidak sempurna, berusaha mengarahkan kerajaannya kembali kepada Tuhan. Warisan kepemimpinan yang positif ini kemudian diteruskan oleh Yehoas. Dalam konteks sejarah yang sering kali dipenuhi dengan penyembahan berhala dan ketidaktaatan, figur seperti Yehoas menjadi mercusuar.

Simbol pemandu yang melambangkan kepemimpinan dan ketetapan hati.

Melakukan apa yang benar di mata Tuhan bukanlah sekadar ketiadaan kejahatan, melainkan tindakan proaktif dalam ketaatan. Ini berarti mematuhi hukum-hukum Tuhan, memimpin umatnya dalam ibadah yang murni, dan menegakkan keadilan. Bagi seorang raja, tanggung jawab ini sangat besar, karena keputusan mereka memengaruhi seluruh bangsa. Yehoas tampaknya memahami bobot tanggung jawab ini dan berusaha untuk memenuhi panggilan ilahi tersebut.

Kisah Yehoas, meskipun singkat dalam ayat ini, menawarkan pelajaran yang mendalam. Ia mengingatkan kita bahwa kepemimpinan yang baik dapat diwariskan dan bahwa keteguhan dalam kebenaran adalah kunci untuk sebuah pemerintahan yang diberkati. Di tengah tantangan zaman, baik secara pribadi maupun kolektif, kita diinspirasi oleh teladan Yehoas untuk senantiasa berusaha melakukan apa yang benar di mata Tuhan, mengikuti jejak para leluhur yang telah memberi contoh baik. Ini adalah panggilan untuk integritas, ketaatan, dan kepemimpinan yang membawa berkat.

Referensi kepada ayahnya, Yoas, juga bisa menjadi pengingat bahwa kita tidak berdiri sendiri dalam perjalanan iman dan kepemimpinan. Kita dapat belajar dari teladan-teladan masa lalu dan berusaha untuk membangun di atas fondasi yang telah diletakkan. Keberhasilan Yehoas dalam melakukan apa yang benar di mata Tuhan adalah bukti bahwa ketaatan adalah jalan menuju kesuksesan yang sejati, sebuah kesuksesan yang melampaui materi dan berakar pada hubungan yang kuat dengan Sang Pencipta.