2 Raja-raja 17:29

"Tetapi masing-masing bangsa itu membuat allahlah mereka sendiri, dan menempatkannya di kuil-kuil pegunungan yang dibuat oleh orang Samaria itu; masing-masing bangsa itu membuat allahlah mereka sendiri."
Simbol Kitab Suci SVG

Kutipan dari 2 Raja-raja 17:29 membawa kita pada sebuah momen penting dalam sejarah Israel, terutama menyangkut bangsa Israel Utara yang telah ditaklukkan oleh bangsa Asyur. Setelah deportasi besar-besaran, bangsa Asyur mendatangkan orang-orang dari berbagai daerah untuk menduduki Samaria. Situasi ini menciptakan sebuah fenomena yang unik dan menyedihkan, di mana kepercayaan serta praktik keagamaan menjadi sangat pluralistik, namun justru jauh dari penyembahan kepada Tuhan yang benar.

Ayat ini secara gamblang menggambarkan bahwa setiap kelompok bangsa yang didatangkan oleh orang Asyur itu, tidak serta-merta membuang kepercayaan lama mereka. Sebaliknya, mereka membawa dewa-dewa mereka sendiri dan mendirikan tempat penyembahan bagi ilah-ilah tersebut. Konsep "kuil-kuil pegunungan" menunjukkan bahwa penyembahan ini dilakukan di tempat-tempat yang tinggi, yang seringkali diasosiasikan dengan praktik keagamaan bangsa-bangsa kafir pada zaman itu. Ini adalah sebuah bentuk sinkretisme, di mana unsur-unsur kepercayaan yang berbeda dicampur adukkan, menciptakan sebuah sistem keagamaan yang tidak murni dan tidak berkenan di hadapan Tuhan.

Dampak dari praktik ini sangat merusak. Ketika bangsa Israel yang tersisa kemudian berinteraksi dengan para pendatang baru ini, mereka pun ikut terpengaruh. Kitab 2 Raja-raja mencatat bahwa hal ini menjadi salah satu akar masalah ketidaktaatan bangsa Israel secara keseluruhan, yang pada akhirnya menyebabkan mereka dijauhkan dari hadirat Tuhan. Keberagaman ilah yang mereka sembah justru menjadi tanda kehancuran spiritual, bukan kemajuan.

Pesan dari 2 Raja-raja 17:29 ini tetap relevan hingga kini. Dalam dunia yang semakin terbuka dan beragam, kita perlu berhati-hati agar tidak terjerumus pada pencampuradukan ajaran yang salah dengan kebenaran. Penting untuk senantiasa kembali kepada firman Tuhan sebagai sumber kebenaran yang tunggal dan mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Hanya dengan demikian kita dapat hidup berkenan di hadapan-Nya dan mengalami berkat yang sejati. Jangan sampai kita, seperti bangsa-bangsa dalam ayat ini, membuat "allah-allah" kita sendiri dalam bentuk lain, misalnya materi, kekuasaan, atau kesenangan duniawi, yang menjauhkan kita dari Tuhan. Mari kita pegang teguh kebenaran firman-Nya, agar hidup kita senantiasa dipenuhi dengan cahaya dan sukacita yang berasal dari-Nya. Penekanan pada 2 raja raja 17 29 mengingatkan kita untuk belajar dari kesalahan masa lalu dan tetap setia pada ajaran yang benar.