"Mereka menyembah dewa-dewa Asyur, yaitu Nibkas dan Tartak, serta dewa-dewa dari negeri Kuta, yaitu Adramelekh dan Anamelekh."
Ayat ini dari Kitab 2 Raja-Raja pasal 17, ayat 31, memberikan gambaran yang sangat jelas tentang praktik keagamaan bangsa Israel yang telah ditawan oleh bangsa Asyur. Kejadian ini terjadi setelah Kerajaan Utara Israel runtuh pada tahun 722 SM akibat invasi Asyur. Dalam upaya untuk mengkolonisasi wilayah Israel dan mengendalikan penduduknya, bangsa Asyur memindahkan sebagian penduduknya dan mendatangkan penduduk dari wilayah lain ke Samaria. Perubahan demografi ini membawa serta praktik keagamaan yang beragam, termasuk penyembahan berhala dari berbagai daerah kekuasaan Asyur.
Penyebutan dewa-dewa spesifik seperti Nibkas, Tartak, Adramelekh, dan Anamelekh bukan hanya sekadar daftar nama. Ini adalah pengingat kuat tentang bagaimana bangsa Israel, yang telah diperintahkan oleh Tuhan untuk menyembah hanya kepada-Nya, telah jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala. Tindakan ini bukan baru bagi Israel, namun dalam konteks ini, terlihat betapa pengaruh budaya asing dapat dengan mudah menggoyahkan iman dan kesetiaan kepada Tuhan yang esa.
Ayat ini secara implisit menunjukkan bahwa ketika sebuah bangsa atau individu kehilangan pegangan pada kebenaran ilahi, mereka cenderung mencari pengganti. Dalam kekosongan spiritual yang diciptakan oleh ketidaktaatan, berbagai bentuk penyembahan berhala dapat muncul, mencerminkan kesia-siaan dan kepalsuan dari segala sesuatu yang menentang Pencipta. Penyembahan dewa-dewa ini mewakili upaya manusia untuk menemukan kekuatan, perlindungan, atau kepuasan di luar sumber sejati kehidupan, yang akhirnya hanya akan membawa kehancuran.
Pesan dari 2 Raja-Raja 17:31 masih sangat relevan hingga saat ini. Kita hidup di dunia yang penuh dengan berbagai "berhala" modern. Berhala-berhala ini bisa berupa materi, kekuasaan, status sosial, hiburan, atau bahkan ideologi yang dipuja melebihi Tuhan. Seperti bangsa Israel yang tergoda oleh praktik keagamaan asing, kita juga bisa tergoda untuk mengalihkan kesetiaan kita dari Tuhan kepada hal-hal duniawi. Kerapuhan iman dan godaan penyimpangan adalah tantangan abadi bagi setiap individu yang mengaku percaya.
Penting bagi kita untuk merenungkan ayat ini sebagai peringatan. Kita perlu terus-menerus memeriksa hati dan pikiran kita untuk memastikan bahwa kita tidak tanpa sadar menyembah berhala-berhala modern. Kesetiaan yang utuh hanya layak diberikan kepada Tuhan semesta alam. Pemahaman mendalam tentang Kitab Suci dan doa yang tekun adalah alat yang ampuh untuk menjaga iman kita tetap murni dan terhindar dari jebakan penyembahan berhala dalam bentuk apapun. Kejadian di masa lalu ini menjadi cermin bagi kita untuk selalu berpegang teguh pada Firman-Nya dan menjaga hubungan yang kudus dengan-Nya.