Kitab 2 Raja-Raja pasal 17 mencatat peristiwa penting dalam sejarah umat Israel, yaitu jatuhnya Kerajaan Israel Utara ke tangan Asyur. Setelah Raja Hosea memberontak melawan raja Asyur, bangsa Asyur melakukan invasi dan mengangkut sebagian besar penduduk Israel ke pembuangan. Wilayah Samaria kemudian dihuni oleh orang-orang dari berbagai bangsa yang dibawa oleh raja Asyur. Pengaturan ini bukan sekadar pemindahan penduduk, tetapi juga merupakan strategi politik untuk melemahkan identitas nasional dan agama bangsa yang ditaklukkan, sekaligus memperkenalkan kultus dewa-dewi bangsa Asyur.
Ayat 30 dari pasal 17 ini memberikan gambaran spesifik mengenai praktik keagamaan yang terjadi di Samaria setelah dihuni oleh bangsa-bangsa asing. Tercatat bahwa orang-orang dari Babel mendirikan berhala yang mereka namakan Sukkot-Benot. Demikian pula, orang-orang dari Kuth menyembah dewa bernama Nergal, dan orang-orang dari Hamat menghormati dewa Ashima. Tindakan ini adalah manifestasi langsung dari kebijakan raja Asyur yang mengizinkan para pendatang baru untuk terus mempraktikkan agama mereka sendiri di tanah yang baru. Namun, bagi umat Israel yang tersisa di wilayah itu, kehadiran berhala-berhala asing ini menjadi sumber kekacauan spiritual dan pencemaran terhadap kesetiaan mereka kepada satu Tuhan.
Gambar SVG menampilkan latar belakang gradien hijau-biru dengan teks "Simbol Keberagaman dan Tantangan Iman" dan deskripsi singkat di bawahnya.
Pengaruh praktik keagamaan asing ini kemudian juga bercampur dengan sisa-sisa umat Israel. Situasi ini menjadi peringatan keras mengenai konsekuensi dari ketidaksetiaan kepada Tuhan. Ketika umat Israel mengabaikan perjanjian mereka dengan Tuhan dan mulai meniru bangsa-bangsa di sekitar mereka, mereka membuka pintu bagi kehancuran dan pembuangan. Kehadiran berhala-berhala seperti Sukkot-Benot, Nergal, dan Ashima di tanah perjanjian menunjukkan betapa jauhnya mereka telah menyimpang dari jalan yang benar. Kisah ini menegaskan pentingnya kemurnian iman dan kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada satu Tuhan yang telah memilih dan menyelamatkan umat-Nya.
Lebih lanjut, cerita di balik ayat ini juga menggambarkan bagaimana Allah tetap memelihara umat-Nya bahkan di tengah kegelapan rohani. Meskipun bangsa Israel jatuh, narasi Alkitab terus berfokus pada rencana penebusan Allah yang lebih besar. Kisah ini berfungsi sebagai pengingat bahwa penyembahan berhala adalah tindakan yang sia-sia dan tidak dapat memberikan keselamatan sejati. Hanya kepada Tuhan yang benar, yang telah menyatakan diri-Nya melalui perjanjian dan hukum-Nya, umat manusia dapat menemukan harapan dan pemulihan.