2 Raja-raja 18:5: Iman yang Tak Tergoyahkan

"Ia percaya kepada TUHAN, Allah Israel; dan dari semua raja Yehuda sesudahnya atau sebelumnya, tidak ada yang seperti dia."
Ikon jangkar melambangkan keteguhan iman

Ayat 2 Raja-raja 18:5 merupakan sebuah pernyataan yang kuat dan menginspirasi mengenai kualitas kepemimpinan dan spiritualitas Raja Hizkia. Ayat ini tidak hanya menyoroti kepribadian Raja Hizkia, tetapi juga memberikan standar pengukuran kebaikan seorang pemimpin di mata Tuhan.

Secara harfiah, ayat ini mengatakan bahwa Hizkia "percaya kepada TUHAN, Allah Israel." Frasa ini mengandung makna yang mendalam. Kepercayaan kepada Tuhan bukan sekadar pengakuan formal, melainkan sebuah fondasi keyakinan yang mengarahkan seluruh kehidupannya. Dalam konteks sejarah Israel kuno, di mana banyak raja tunduk pada penyembahan berhala atau kompromi spiritual, Hizkia menonjol karena kesetiaannya yang teguh kepada Allah. Ini bukan hanya keyakinan pribadi, tetapi keyakinan yang ia hidupi dan bawa dalam pemerintahannya.

Perbandingan yang diberikan dalam ayat ini sangat signifikan: "dan dari semua raja Yehuda sesudahnya atau sebelumnya, tidak ada yang seperti dia." Ini adalah pujian tertinggi. Sejarah Yehuda dipenuhi dengan raja-raja yang memiliki berbagai tingkat ketaatan. Ada yang baik, tetapi banyak yang buruk, membawa umat Israel menjauh dari Tuhan. Hizkia, bagaimanapun, ditempatkan di atas semua raja lainnya, baik yang datang sebelum maupun sesudahnya. Ini menunjukkan bahwa tingkat imannya, integritasnya, dan ketaatannya kepada Tuhan adalah unik dan luar biasa.

Apa yang membuat Hizkia begitu berbeda? Kitab 2 Raja-raja dan Kitab Tawarikh memberikan gambaran yang lebih rinci. Hizkia adalah seorang reformator. Dia menghancurkan tempat-tempat penyembahan berhala, menyingkirkan tiang-tiang berhala, dan mengembalikan ibadah yang murni kepada Tuhan. Dia memperbarui Bait Suci dan mengatur ibadah di sana. Tindakannya mencerminkan iman yang aktif dan berani. Dia tidak takut untuk menghadapi tradisi lama atau kekuatan yang menentangnya, karena imannya kepada Allah Israel memberinya keberanian dan otoritas moral.

Kepercayaan Hizkia kepada Tuhan juga teruji dalam masa-masa sulit. Ketika Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda dan mengancam Yerusalem, Hizkia tidak bergantung pada kekuatan militer atau aliansi asing semata. Sebaliknya, ia berseru kepada Tuhan, berdoa dan mencari pimpinan-Nya. Respons Tuhan atas doanya sangat luar biasa, dengan malaikat Tuhan membinasakan pasukan Asyur dalam satu malam, menyelamatkan Yerusalem. Peristiwa ini menjadi bukti nyata dari kuasa dan kesetiaan Tuhan kepada umat-Nya yang percaya.

Ayat 2 Raja-raja 18:5 mengajarkan kita bahwa iman yang sejati tidak hanya diucapkan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata, keberanian dalam menghadapi tantangan, dan kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada Allah. Ini adalah standar yang tinggi, tetapi juga memberikan inspirasi bahwa kehidupan yang berpusat pada Tuhan dapat menghasilkan dampak yang luar biasa, tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi bangsa dan generasi mendatang.