2 Raja-raja 18:7 - Nubuat dan Keberanian Iman

"TUHAN menyertai dia; ke mana saja ia pergi, ia beruntung. Ia memberontak terhadap raja Asiria dan tidak lagi takluk kepadanya."
TUHAN BERANI IMAN Melawan Penindasan
Simbolisme keberanian dan penyertaan ilahi dalam menghadapi kekuatan yang lebih besar.

Ayat 2 Raja-raja 18:7 menjadi saksi bisu dari karakter luar biasa Hizkia, raja Yehuda. Di tengah bayang-bayang imperium Asiria yang perkasa, yang telah menaklukkan banyak bangsa, Hizkia justru menunjukkan sikap yang berani dan penuh keyakinan. Nubuat singkat ini menegaskan bahwa TUHAN menyertai dia, sebuah pernyataan yang menjadi fondasi kekuatan spiritualnya. Penyertaan ilahi bukanlah sekadar jaminan keberhasilan tanpa usaha, melainkan sebuah sumber keberanian dan kebijaksanaan dalam mengambil tindakan yang tepat.

Dikatakan pula, "ke mana saja ia pergi, ia beruntung." Ungkapan ini bukanlah tentang keberuntungan semata yang bersifat acak, melainkan sebuah metafora untuk keberhasilan yang datang sebagai buah dari keputusan yang bijak dan tindakan yang dilandasi iman. Ketika seorang pemimpin sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan dan bertindak sesuai kehendak-Nya, maka segala upayanya cenderung membuahkan hasil yang positif. Hal ini terlihat jelas dalam keputusan Hizkia untuk "memberontak terhadap raja Asiria dan tidak lagi takluk kepadanya."

Keputusan untuk melepaskan diri dari dominasi Asiria bukanlah langkah yang mudah. Raja Asiria pada masa itu adalah kekuatan militer yang ditakuti, dan pemberontakan seringkali berujung pada kehancuran. Namun, Hizkia memiliki pemahaman yang mendalam tentang siapa yang menjadi sumber kekuatan sejatinya. Ia tidak mengandalkan kekuatan militernya sendiri, meskipun ia juga melakukan persiapan pertahanan kota Yerusalem. Prioritas utamanya adalah menjalin kembali hubungan yang benar dengan Tuhan, memurnikan ibadah, dan mengembalikan ketaatan rakyatnya kepada hukum Allah. Inilah yang menjadi pembeda dan sumber keberaniannya.

Ayat ini mengajarkan kepada kita sebuah prinsip fundamental tentang kepemimpinan dan kehidupan secara umum. Keberanian sejati tidak muncul dari ketiadaan rasa takut, melainkan dari keyakinan yang lebih besar daripada objek ketakutan itu sendiri. Bagi Hizkia, keyakinannya kepada TUHAN jauh lebih besar daripada ancaman raja Asiria. Ia memahami bahwa kekuatan duniawi bersifat sementara, tetapi penyertaan dan kuasa Tuhan adalah abadi.

Dalam konteks yang lebih luas, 2 Raja-raja 18:7 menginspirasi kita untuk tidak gentar menghadapi tantangan hidup, baik itu dalam karier, hubungan pribadi, maupun pergumulan spiritual. Ketika kita merasakan ketidakadilan, penindasan, atau kesulitan yang tampak tak teratasi, marilah kita meneladani Hizkia. Bangunlah hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan, percayakan seluruh situasi kepada-Nya, dan bertindaklah dengan keberanian yang dilandasi oleh iman. Seperti Hizkia, kita pun dapat menemukan bahwa ketika Tuhan menyertai, keberuntungan – dalam arti keberhasilan yang ilahi – akan mengikuti langkah-langkah kita, memungkinkan kita untuk bangkit mengatasi segala rintangan.