"Maka Hizkia menjawab: "Ini merupakan perkara yang ringan bagi Jaser, bahwa bayang-bayang telah maju sepuluh tingkat pada matahari."
Ayat 2 Raja-raja 20:10 mencatat respons Raja Hizkia setelah menerima kabar luar biasa dari nabi Yesaya. Hizkia, yang saat itu sedang sakit keras hingga menghadapi kematian, telah menerima pesan dari Tuhan melalui Yesaya, yang menyampaikan bahwa doanya telah didengar dan umurnya akan ditambahkan lima belas tahun. Lebih dari itu, sebagai tanda penegasan janji ilahi ini, Hizkia diberi pilihan: bayangan matahari akan maju sepuluh tingkat atau mundur sepuluh tingkat.
Dalam konteks sejarah dan budaya saat itu, matahari adalah penunjuk waktu yang paling fundamental. Mengatur pergerakan matahari adalah sebuah mukjizat yang jauh melampaui pemahaman manusia biasa. Hizkia, dalam kerendahan hati dan keimanannya, memilih tanda yang lebih sulit, yaitu bayangan matahari yang mundur sepuluh tingkat. Ini adalah demonstrasi yang sangat kuat dari kuasa Tuhan atas alam semesta, yang menegaskan bahwa firman-Nya pasti digenapi.
Jawaban Hizkia, "Ini merupakan perkara yang ringan bagi Jaser, bahwa bayang-bayang telah maju sepuluh tingkat pada matahari," menunjukkan kedalaman imannya. Kata "Jaser" di sini dapat merujuk pada kemudahan atau hal yang bisa diatur. Dengan mengatakan itu "ringan," Hizkia bukanlah meremehkan mukjizat itu sendiri, melainkan ia mengakui bahwa bagi Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak ada yang mustahil atau sulit. Ia melihat mukjizat ini sebagai wujud kesetiaan dan kasih Tuhan, bukan sebagai beban bagi Penciptanya.
Respons ini juga menunjukkan bahwa Hizkia telah melewati momen keraguan dan ketakutan. Ketika pertama kali mendengar tentang penyakitnya, ia menangis dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Setelah menerima janji kesembuhan dan tanda yang luar biasa, ia tidak serta merta menjadi sombong atau melupakan kerapuhan hidup. Sebaliknya, ia justru semakin menghargai setiap detik kehidupan yang diberikan. Perkara yang tadinya begitu menakutkan, kini dilihatnya sebagai kesempatan kedua yang dianugerahkan oleh Tuhan.
Kisah Hizkia dan ayat ini memberikan pelajaran berharga bagi umat Tuhan di sepanjang zaman. Pertama, ini mengajarkan kita tentang kekuatan doa. Doa yang tulus dari hati yang sedang menghadapi kesukaran dapat menggerakkan tangan Tuhan. Kedua, ini menegaskan bahwa Tuhan berdaulat atas segala ciptaan. Tidak ada kekuatan alam yang dapat menentang kehendak-Nya. Ketiga, yang paling relevan bagi kita adalah tentang penghargaan terhadap waktu. Kesempatan kedua yang diberikan kepada Hizkia mengajarkan kita untuk tidak menyia-nyiakan setiap momen yang kita miliki.
Dalam hidup ini, kita semua mungkin pernah berada dalam situasi krisis, baik kesehatan, emosional, maupun spiritual. Ketika Tuhan memberikan kita kesempatan untuk pulih, untuk memperbaiki diri, atau untuk memulai kembali, marilah kita merespons seperti Hizkia. Kita patut bersyukur atas setiap tanda kebaikan-Nya dan menggunakan waktu yang dianugerahkan untuk hidup sesuai kehendak-Nya. Ayub 14:5 mengingatkan kita, "Umur manusia terbatas." Maka, bagaimana kita menggunakan waktu yang singkat ini menjadi sangat penting. Kisah Hizkia, yang dikonfirmasi oleh mukjizat pada jam matahari, menjadi pengingat abadi bahwa dengan Tuhan, selalu ada harapan dan kesempatan untuk melangkah maju, bahkan ketika kita merasa telah mencapai batas.