"Dan Raja Hizkia memerintahkan seluruh rakyat: 'Rayakanlah Paskah bagi TUHAN, Allahmu, seperti yang tertulis dalam kitab perjanjian ini.'"
Kisah yang tercatat dalam kitab 2 Raja-Raja 23:21 adalah momen penting dalam sejarah Israel, menandai sebuah titik balik dalam pemulihan ibadah yang benar kepada TUHAN. Ayat ini secara ringkas menyampaikan sebuah perintah yang diberikan oleh Raja Hizkia, seorang raja yang dikenal karena ketulusannya dalam mengupayakan pembaruan rohani di kerajaan Yehuda. Perintah tersebut adalah untuk merayakan Paskah, bukan sembarang Paskah, melainkan Paskah yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab perjanjian. Ini menunjukkan bahwa ibadah yang sebelumnya telah menyimpang dari ketetapan ilahi kini diperbaiki berdasarkan Firman Tuhan yang telah ditetapkan.
Sebelum masa pemerintahan Hizkia, kerajaan Yehuda telah mengalami periode kemerosotan rohani yang signifikan. Banyak raja sebelumnya yang menoleransi atau bahkan mempromosikan penyembahan berhala, mengabaikan Taurat TUHAN. Akibatnya, umat Israel jatuh ke dalam dosa dan jauh dari persekutuan yang seharusnya dengan Allah mereka. Hizkia, saat ia naik takhta, bertekad untuk memulihkan semua itu. Ia menyingkirkan mezbah-mezbah berhala, memecahkan tugu-tugu batu, dan menghancurkan ular tembaga buatan Musa yang telah disalahgunakan untuk disembah. Pembersihan ini adalah langkah awal yang krusial sebelum ibadah yang murni dapat didirikan kembali.
Perintah Hizkia untuk merayakan Paskah bukan hanya sekadar sebuah perayaan keagamaan. Paskah adalah peringatan tahunan mengenai pembebasan besar-besaran umat Israel dari perbudakan di Mesir. Ini adalah perayaan tentang kasih karunia Allah, kuasa-Nya dalam menyelamatkan, dan perjanjian-Nya dengan umat-Nya. Dengan memerintahkan perayaan Paskah yang sesuai dengan kitab perjanjian, Hizkia menekankan kembali pentingnya ketaatan terhadap Firman Allah. Ini adalah panggilan untuk mengingat dan menghargai karya keselamatan Allah, serta untuk memperbarui komitmen kepada-Nya.
Pelaksanaan Paskah pada masa Hizkia menjadi sangat istimewa. Ayat-ayat selanjutnya dalam 2 Raja-Raja menjelaskan bahwa perayaan ini tidak hanya diikuti oleh penduduk Yehuda, tetapi juga oleh sebagian besar dari Kerajaan Israel Utara, yang telah terpecah belah. Banyak orang datang dari utara, dari wilayah Efraim dan Manasye, yang meskipun belum sepenuhnya disucikan dari pengaruh penyembahan berhala, hati mereka tertuju pada TUHAN. Hal ini menunjukkan bahwa pembaruan rohani yang dipimpin oleh Hizkia memiliki dampak yang luas, menyentuh hati banyak orang yang merindukan kembali kepada Allah.
Lebih dari itu, Hizkia dan seluruh rakyat tahu bahwa mereka tidak dapat merayakan Paskah sesuai dengan perintah dalam kitab perjanjian karena banyak umat yang belum menyucikan diri sesuai dengan peraturan Paskah. Namun, dengan doa tulus Hizkia, TUHAN menerima pengorbanan mereka dan menyembuhkan umat yang telah makan roti Paskah tanpa disucikan sebagaimana mestinya. Ini adalah pelajaran berharga tentang belas kasihan Allah. Meskipun ada ketidaksempurnaan dalam pelaksanaan karena keadaan, ketaatan yang tulus dan kerinduan hati untuk menyenangkan Tuhan lebih dihargai.
Kisah 2 Raja-Raja 23:21 dan konteksnya mengajarkan kita tentang pentingnya kembali kepada Firman Tuhan sebagai panduan utama dalam ibadah kita. Pembaruan rohani selalu dimulai dari pembersihan diri dan hati, serta ketaatan yang tekun pada ajaran-ajaran yang telah Tuhan tetapkan. Perayaan Paskah yang Hizkia pimpin adalah sebuah gambaran indah tentang bagaimana pemulihan iman, ketika didasari oleh Firman dan didorong oleh kerinduan hati yang tulus, dapat membawa sukacita, persatuan, dan pengampunan dari Tuhan. Ini adalah pengingat bahwa ketaatan yang sungguh-sungguh, sekalipun mungkin belum sempurna, selalu berkenan di hadapan Allah yang penuh kasih dan pengampunan.