2 Raja-raja 23:30 - Janji Allah yang Terwujud

"Dan penduduk negeri itu mengangkat Yoahas, anak Yosia, dan mengurapi dia menjadi raja menggantikan ayahnya."

Ayat kunci dari 2 Raja-raja 23:30 mencatat momen penting dalam sejarah Kerajaan Yehuda. Setelah kematian raja Yosia yang saleh, rakyat tidak berlama-lama dalam kesedihan. Sebaliknya, mereka segera mengambil inisiatif untuk menunjuk pengganti. Ayat ini secara singkat namun padat menyampaikan bagaimana penduduk negeri mengangkat Yoahas, putra Yosia, untuk menduduki takhta kerajaan menggantikan ayahnya. Ini adalah sebuah penunjukan langsung oleh rakyat, yang menunjukkan peran mereka dalam menentukan pemimpin, meskipun dalam konteks monarki.

Konteks historis di balik ayat ini sangat kaya. Raja Yosia dikenal sebagai salah satu raja terbaik dalam sejarah Yehuda, seorang raja yang kembali membawa bangsanya kepada ketaatan terhadap Taurat Allah. Masa pemerintahannya ditandai dengan reformasi keagamaan yang mendalam, penghancuran tempat-tempat penyembahan berhala, dan pemulihan ibadah kepada Yahweh. Kepergiannya yang mendadak dalam pertempuran di Megido, meskipun dihalangi oleh Allah, merupakan pukulan telak bagi Yehuda yang sedang dalam masa pemulihan spiritual.

Pengangkatan Yoahas, yang kemudian dikenal dengan nama Eliakim, menunjukkan bahwa situasi politik pasca-Yosia sangatlah genting. Ada kebutuhan mendesak akan stabilitas dan kepemimpinan. Namun, pemilihan Yoahas ini ternyata tidak sesuai dengan kehendak Allah. Berbeda dengan ayahnya, Yoahas tidak mencerminkan kesalehan yang sama. Pemerintahannya singkat, hanya berlangsung selama tiga bulan, sebelum ia ditawan oleh Firaun Nekho dari Mesir dan digantikan oleh saudaranya. Ini adalah sebuah peringatan bahwa pengangkatan manusia semata, tanpa pertimbangan kehendak ilahi, bisa berujung pada kegagalan.

Peristiwa ini juga menyoroti bagaimana kekuatan regional, seperti Mesir, mulai campur tangan dalam urusan internal Yehuda. Firaun Nekho memiliki agenda politiknya sendiri, dan keputusan untuk menunjuk atau menggulingkan raja Yehuda menjadi bagian dari strateginya. Ini menunjukkan kerentanan Yehuda di tengah kekacauan politik di Timur Tengah pada masa itu.

Meskipun ayat ini hanya memberikan gambaran singkat, ia mengandung pelajaran yang mendalam. Pertama, pentingnya kepemimpinan yang saleh. Kedua, peran rakyat dalam menentukan nasib mereka, meskipun terbatas. Ketiga, selalu ada campur tangan ilahi di balik peristiwa-peristiwa duniawi, baik yang terlihat maupun tidak. 2 Raja-raja 23:30 menjadi pengingat bahwa meskipun manusia memiliki peran dalam menunjuk pemimpin, hanya Allah yang memiliki kendali tertinggi atas kerajaan-kerajaan dunia. Peristiwa ini membuka jalan bagi intervensi Mesir dan akhirnya penangkapan Yoahas, yang menandai awal dari periode yang lebih sulit bagi Kerajaan Yehuda.