"Dan seorang pelayan menjawabnya: "Bagaimana mungkin aku menyajikan ini kepada seratus orang?" Tetapi Elisa berkata: "Berikan kepada orang-orang itu untuk makan, sebab beginilah firman TUHAN: mereka akan makan, dan sisa akan ada.""
Ayat 2 Raja-Raja 4:43 menceritakan sebuah peristiwa luar biasa yang terjadi dalam kehidupan Nabi Elisa. Dalam konteks bagian sebelumnya, dikisahkan bagaimana Elisa membangkitkan anak seorang perempuan Sunem yang telah meninggal, sebuah mukjizat yang menunjukkan kuasa ilahi yang bekerja melalui dirinya. Namun, ayat ini membawa kita pada sebuah kisah yang berbeda, namun tetap sarat makna mengenai pemeliharaan dan berkat yang melimpah dari Tuhan.
Peristiwa ini terjadi ketika ada kelaparan di negeri itu, dan Elisa serta pengikutnya beserta sejumlah orang lain berkumpul. Dalam menghadapi situasi kekurangan pangan, salah seorang pelayan Elisa mengungkapkan keputusasaannya kepada sang nabi. Dengan hanya dua puluh buah barli dan beberapa genggam jelai di tangan, ia merasa mustahil untuk bisa menyajikan makanan bagi seratus orang. Situasi ini sangat realistis; ketika sumber daya terbatas dan kebutuhan berlimpah, akal manusia seringkali mencapai batasnya, menimbulkan rasa cemas dan ketidakmungkinan.
Namun, di sinilah letak keajaiban dan kekuatan iman. Elisa tidak terpengaruh oleh keterbatasan jumlah makanan atau perkiraan realistis pelayannya. Sebaliknya, ia mengutip firman Tuhan, menegaskan bahwa penyediaan yang melimpah akan datang. Perkataan Elisa, "Berikan kepada orang-orang itu untuk makan, sebab beginilah firman TUHAN: mereka akan makan, dan sisa akan ada," adalah pernyataan iman yang mendalam. Ia tidak bersandar pada hitung-hitungan manusiawi, melainkan pada janji ilahi.
Mukjizat yang terjadi kemudian adalah konfirmasi dari janji Tuhan tersebut. Makanan yang sedikit itu ternyata cukup untuk memberi makan seratus orang, dan bahkan masih ada sisa berlimpah. Ini bukan sekadar cerita tentang makanan yang bertambah secara ajaib, tetapi sebuah ilustrasi gamblang tentang sifat kemurahan hati dan kepedulian Tuhan. Tuhan mampu melakukan hal yang mustahil bagi manusia. Ia berkuasa atas segala keterbatasan dan kekurangan, dan Ia ingin menunjukkan bahwa dalam Dia, tidak ada yang tidak mungkin.
Kisah ini mengajarkan kita beberapa pelajaran penting. Pertama, tentang pentingnya iman di tengah kesulitan. Ketika kita dihadapkan pada situasi yang tampak tidak teratasi, seperti yang dialami pelayan Elisa, panggilan untuk bersandar pada Tuhan dan firman-Nya menjadi sangat relevan. Kedua, ini adalah pengingat akan kedaulatan dan kemurahan Tuhan. Ia peduli pada kebutuhan dasar umat-Nya, bahkan dalam situasi kelaparan. Ketiga, ayat ini menekankan konsep kelimpahan ilahi. Tuhan tidak hanya menyediakan apa yang cukup, tetapi Ia seringkali menyediakan lebih dari cukup, meninggalkan sisa sebagai bukti kemuliaan-Nya dan sebagai sumber berkat lebih lanjut.
Dalam kehidupan modern, kita mungkin tidak selalu menghadapi kelaparan dalam arti harfiah seperti pada zaman itu. Namun, kita seringkali menghadapi berbagai bentuk kekurangan dan tantangan—keterbatasan finansial, masalah kesehatan, kesulitan relasi, atau kekhawatiran akan masa depan. Kisah dari 2 Raja-Raja 4:43 memberikan harapan bahwa ketika kita mempersembahkan keterbatasan kita kepada Tuhan, Ia dapat mengubahnya menjadi kelimpahan yang luar biasa. Ia ingin kita melihat melampaui apa yang bisa kita lihat, dan percaya pada kuasa-Nya untuk menyediakan dan memberkati. Mukjizat ini terus bergema sebagai kesaksian abadi tentang kuasa Tuhan untuk memberi makan, menyembuhkan, dan melimpahi kehidupan kita, bahkan ketika semuanya tampak suram.