2 Raja-raja 5:23 - Kisah Elisha dan Naaman

"Tetapi kata Elisa: "Demi TUHAN yang hidup, yang di hadapan-Nya aku berdiri ini, sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa." Sekalipun Naaman mendesaknya, ia tetap menolak."
Simbol abstrak yang melambangkan penyembuhan dan keteguhan

Kisah dalam kitab 2 Raja-raja 5:23 ini membawa kita pada momen krusial dalam interaksi antara nabi Elisa dan panglima perang Aram, Naaman. Setelah Naaman mengalami kesembuhan yang ajaib dari penyakit kustanya melalui perintah Elisa untuk mencuci diri tujuh kali di Sungai Yordan, ia dipenuhi rasa syukur dan keinginan untuk memberikan imbalan kepada sang nabi.

Naaman, yang dulunya memiliki status tinggi dan kekayaan melimpah, menawarkan kepada Elisa berbagai macam pemberian berharga, termasuk perak, emas, dan pakaian kebesaran. Ini adalah respons yang umum pada masa itu; penyembuhan atau bantuan ilahi seringkali disertai dengan pemberian sebagai tanda penghargaan dan pengakuan. Naaman, yang telah menyaksikan kuasa Allah melalui penyembuhan dirinya, ingin menunjukkan betapa ia menghargai anugerah yang diterimanya.

Namun, apa yang membuat ayat ini begitu kuat adalah respons Elisa. Ia dengan tegas menolak tawaran Naaman. Kata-katanya, "Demi TUHAN yang hidup, yang di hadapan-Nya aku berdiri ini, sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa," menunjukkan penolakan yang bukan sekadar basa-basi, melainkan didasarkan pada prinsip ilahi. Elisa tidak bertindak atas keinginannya sendiri atau untuk mencari keuntungan pribadi. Segala yang dilakukannya adalah atas nama dan kuasa Allah.

Penolakan Elisa ini memiliki beberapa makna penting. Pertama, ini menegaskan bahwa kesembuhan Naaman adalah murni karya Allah, bukan hasil dari kemampuan atau kekuatan Elisa sendiri. Dengan menolak imbalan, Elisa mencegah Naaman atau siapa pun untuk berpikir bahwa penyembuhan itu bisa dibeli atau merupakan hasil dari transaksi. Keagungan Allah tidak dapat diukur dengan kekayaan duniawi.

Kedua, penolakan ini menggarisbawahi integritas dan ketulusan pelayanan Elisa. Ia tidak mencari pujian, kehormatan, atau materi dari tindakannya. Fokusnya adalah untuk kemuliaan Allah dan membawa orang lain kepada pengenalan akan Dia. Ini adalah contoh luar biasa dari seorang hamba Allah yang setia, yang menempatkan nilai-nilai spiritual di atas segala sesuatu yang bersifat duniawi.

Meskipun Naaman mendesak, Elisa tetap teguh pada pendiriannya. Keteguhan hati Elisa dalam menghadapi tekanan menunjukkan betapa mendalam keyakinannya pada kehendak Allah. Ia tahu bahwa pemberian terbesar yang dapat diberikan kepada Naaman bukanlah harta benda, melainkan pengenalan akan Allah yang benar dan kasih karunia-Nya.

Kisah 2 Raja-raja 5:23 menjadi pengingat abadi bahwa tindakan kasih dan penyembuhan yang sejati berasal dari sumber yang ilahi dan seharusnya tidak ternoda oleh kepentingan pribadi. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya ketulusan dalam pelayanan, integritas dalam tindakan, dan prioritas yang tepat dalam hidup kita – menempatkan Allah di atas segalanya.