2 Raja-raja 5:6 - Mukjizat Elisa & Panglima Naaman

"Lalu ia pergi kepada raja sambil membawa surat itu, katanya: "Berikut ini surat dari raja Israel untuk tuanku: Izinkanlah hamba tuanku ini menyeberang kepada tuanku untuk disembuhkan dari penyakitnya." "

Kisah Iman dan Penyembuhan

Ayat dari 2 Raja-raja 5:6 membawa kita ke dalam sebuah narasi yang kaya akan iman, keputusasaan, dan mukjizat. Kisah ini berpusat pada Naaman, seorang panglima tentara Aram yang gagah perkasa, namun menderita penyakit kusta yang mengerikan. Kondisi yang tidak tersembuhkan ini, baik secara medis maupun sosial, membuatnya berada dalam jurang keputusasaan. Di tengah situasi sulitnya, ada secercah harapan yang datang dari seorang hamba perempuan Israel yang ditawan. Ia dengan berani memberanikan diri untuk menyampaikan kabar tentang nabi Allah di Israel, yaitu Elisa, yang konon dapat menyembuhkan penyakitnya.

Informasi ini kemudian sampai ke telinga Naaman, yang segera melihat peluang. Ia pun meyakinkan rajanya, Ben-Hadad, untuk mengirim surat kepada raja Israel. Surat inilah yang dirujuk dalam ayat 2 Raja-raja 5:6. Naaman, melalui raja Aram, meminta izin kepada raja Israel agar ia diizinkan datang ke Israel untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakit kustanya. Peran raja Israel di sini, meskipun awalnya bingung dan ketakutan, menjadi jembatan bagi Naaman untuk akhirnya bertemu dengan Elisa.

Naaman Surat untuk Raja Izin Kisah Naaman

Ilustrasi: Perjalanan Naaman membawa surat permohonan.

Perjalanan Iman dan Ketaatan

Perjalanan Naaman bukanlah sekadar perjalanan fisik menuju Israel, melainkan sebuah perjalanan iman yang penuh tantangan. Ketika ia akhirnya tiba dan diperintahkan oleh Elisa untuk "pergi membasuh diri tujuh kali dalam sungai Yordan" (2 Raja-raja 5:10), Naaman merasa tersinggung dan marah. Ia mengharapkan ritual yang megah dan demonstratif dari seorang nabi besar, bukan sekadar perintah untuk mandi di sungai yang dianggapnya biasa. Keangkuhannya sebagai panglima besar dan kebanggaan akan status sosialnya sempat menghalanginya.

Namun, kebijaksanaan para pegawainya berhasil meredam amarahnya. Mereka mengingatkan Naaman bahwa jika ia bersedia melakukan hal yang lebih sulit untuk mendapatkan kesembuhan, mengapa tidak mencoba perintah yang relatif mudah ini. Dorongan untuk sembuh akhirnya mengalahkan keangkuhannya. Naaman taat. Ia turun dan membasuh diri tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan nabi itu. Dan mukjizat terjadi. Kulitnya pulih dan menjadi bersih seperti kulit anak kecil.

Kisah ini mengajarkan kita banyak hal. Pertama, tentang kuasa Allah yang melampaui segala prasangka dan status. Kedua, pentingnya kerendahan hati dan ketaatan dalam menghadapi firman Tuhan, bahkan ketika firman itu tampak sederhana atau tidak sesuai dengan harapan kita. Ayat 2 Raja-raja 5:6 hanyalah permulaan dari sebuah kisah luar biasa yang menunjukkan bahwa iman yang tulus, dipadukan dengan ketaatan, dapat membawa pada kesembuhan dan transformasi yang ajaib. Naaman, sang panglima yang sombong, belajar tentang kebesaran Allah yang sesungguhnya, bukan melalui demonstrasi kekuatan, tetapi melalui sebuah perintah sederhana yang membutuhkan keyakinan penuh.

Mukjizat ini tidak hanya menyembuhkan Naaman dari penyakitnya, tetapi juga menyembuhkannya dari kesombongan dan membawanya pada pengenalan akan Allah yang benar. Perjalanan ini dimulai dari sebuah surat, yang kemudian membuka jalan bagi sebuah pertemuan penuh kuasa ilahi.