Kisah dalam Kitab 2 Raja-raja pasal 7 menceritakan tentang masa-masa sulit yang melanda kota Samaria. Kelaparan hebat terjadi akibat pengepungan oleh tentara Aram. Situasi begitu genting, bahkan sampai ada tindakan ekstrem yang dilakukan oleh sebagian penduduknya.
Di tengah keputusasaan itulah, muncul sebuah harapan yang tidak terduga. Empat penderita kusta, yang dianggap sebagai orang-orang terbuang, membuat keputusan berani. Mereka mendatangi perkemahan musuh yang tampaknya ditinggalkan, dan menemukan bahwa makanan berlimpah ruah di sana. Mereka segera kembali untuk memberitakan kabar baik ini kepada kota Samaria.
Ketika kabar ini sampai kepada para petinggi kota, termasuk bendahara raja, ada keraguan. Namun, perkataan bendahara yang tercatat dalam ayat 7:8 menjadi sangat penting. Ia berkata, "Janganlah engkau meminta bagiku kemewahan dalam istanaku, tetapi bukalah pintu gerbang kota dan biarlah orang yang mau makan minum dari sana."
Kalimat ini bukan sekadar penolakan terhadap tawaran kemewahan pribadi. Lebih dari itu, ini adalah sebuah pernyataan tentang prioritas dan pemahaman akan kondisi sesungguhnya. Bendahara, yang memiliki akses kepada kekayaan dan kenyamanan istana, justru menekankan bahwa kebaikan terbesar saat itu bukanlah harta benda, melainkan akses ke sumber kehidupan yang baru ditemukan. Ia mengizinkan semua orang, tanpa kecuali, untuk keluar dan menikmati berkat yang telah disediakan di luar tembok kota. Ini menunjukkan adanya kesadaran bahwa keselamatan dan pemulihan umat membutuhkan tindakan kolektif, bukan hanya keuntungan segelintir orang.
Perkataan bendahara ini menyoroti sebuah prinsip penting: bahwa di masa krisis, fokus seharusnya beralih dari pengumpulan pribadi kepada kemurahan hati dan berbagi. Ia menyadari bahwa keberadaan makanan berlimpah di luar gerbang adalah anugerah yang seharusnya dinikmati oleh seluruh masyarakat. Dengan membuka pintu gerbang, ia tidak hanya mengizinkan orang untuk mengambil makanan, tetapi juga membuka jalan bagi pemulihan, harapan baru, dan berhentinya penderitaan kelaparan di Samaria. Ini adalah pengingat bahwa kadang-kadang, berita baik yang paling berharga datang justru dari tempat yang paling tidak terduga dan membutuhkan tindakan kemurahan hati yang tulus untuk dibagikan kepada semua.
Kisah 2 Raja-raja 7:8 mengajak kita untuk merenungkan arti sesungguhnya dari kemurahan hati dan bagaimana kita dapat menjadi saluran berkat bagi orang lain, terutama di saat-saat sulit. Seperti bendahara yang menolak kemewahan demi kebaikan bersama, kita pun dipanggil untuk memprioritaskan apa yang benar-benar penting bagi kesejahteraan komunitas kita.