2 Samuel 24:6 - Tuhan Murka, Ujian Bangsa

"Lalu Yoab bin Zeruya dan para pemimpin rakyat pergi menghadap raja untuk mendaftar penduduk Israel. Mereka berkata kepada raja: ' kiranya TUHAN, Allahmu, akan menambah seratus kali lipat jumlah mereka dan kiranya mata tuanku raja melihatnya. Tetapi mengapa tuanku raja menghendaki hal ini?'"

Ayat dari 2 Samuel 24:6 membawa kita ke dalam momen krusial dalam sejarah Israel. Kisah ini menceritakan tentang penghitungan penduduk yang diperintahkan oleh Raja Daud. Tindakan ini, meskipun tampak seperti upaya administratif biasa, ternyata berakar pada motivasi yang lebih dalam dan berujung pada konsekuensi yang berat bagi seluruh bangsa. Perintah Daud untuk menghitung jumlah penduduk—sebuah tindakan yang dianggap tidak lazim dan berpotensi menimbulkan murka ilahi—menunjukkan adanya kerentanan dalam kepemimpinan Daud, meskipun ia adalah raja pilihan Allah.

Dalam firman Tuhan yang terukir di ayat ini, kita melihat dialog antara Yoab, panglima perang yang setia, dan para pemimpin rakyat dengan Raja Daud. Yoab, dengan bijaksana, menyoroti keberatan terhadap perintah tersebut, bahkan secara halus mengingatkan Daud akan kehendak Allah yang lebih besar. Ia menyampaikan pertanyaan kritis: "mengapa tuanku raja menghendaki hal ini?" Pertanyaan ini bukan sekadar rasa ingin tahu, melainkan sebuah teguran tersirat, mengingatkan bahwa kekuasaan dan kekuatan militer semata bukanlah ukuran sejati kejayaan Israel. Keberlimpahan penduduk yang dijanjikan Tuhan, yang diungkapkan Yoab dengan harapan positif ("kiranya TUHAN, Allahmu, akan menambah seratus kali lipat jumlah mereka"), justru dibayangi oleh motif di balik perintah penghitungan itu sendiri.

Konteks dari tindakan Daud ini sering ditafsirkan sebagai bentuk kesombongan atau kebanggaan akan kekuatan militernya, sebuah sikap yang menafikan ketergantungan pada Tuhan. Alih-alih mencari perlindungan dan berkat dari Yang Maha Kuasa, Daud seolah ingin mengukur dan mengandalkan kekuatan manusianya sendiri. Penghitungan ini menjadi simbol bahwa Daud mungkin telah kehilangan fokus spiritualnya dan terjerumus dalam keinginan duniawi untuk memperkuat posisinya dan kerajaannya melalui cara-cara yang tidak sepenuhnya sesuai dengan kehendak Tuhan.

Akibat dari tindakan ini sungguh dahsyat. Setelah penghitungan selesai, Tuhan mengirimkan murka-Nya melalui penyakit sampar yang melanda Israel. Wabah ini merenggut nyawa banyak orang, sebuah konsekuensi langsung dari ketidaktaatan dan kesombongan yang ditunjukkan oleh Daud. Ayat 2 Samuel 24:6 menjadi pengingat kuat bahwa setiap tindakan kepemimpinan, bahkan yang tampak sepele, haruslah dilandasi oleh ketaatan kepada Tuhan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Ujian yang menimpa bangsa Israel pada masa itu mengajarkan kita tentang pentingnya kerendahan hati di hadapan Tuhan, pengakuan atas kedaulatan-Nya, dan bahwa kekuatan sejati tidak terletak pada jumlah atau kekuasaan manusia, melainkan pada berkat dan perlindungan ilahi yang diperoleh melalui kesetiaan.

Kisah ini bukan sekadar catatan sejarah kuno, tetapi juga pelajaran abadi bagi setiap individu dan pemimpin. Ia mengingatkan kita untuk selalu menguji motivasi di balik setiap keputusan kita dan memastikan bahwa tindakan kita selaras dengan prinsip-prinsip ilahi. Dengan merenungkan 2 Samuel 24:6, kita diajak untuk terus memelihara hubungan yang mendalam dengan Tuhan, mengakui Dia sebagai sumber segala kekuatan dan keberhasilan, serta memohon bimbingan-Nya dalam setiap langkah kehidupan.